Sabtu 13 Apr 2024 12:52 WIB

Penelitian: Konsumsi Ikan Cegah 750 ribu Kematian pada 2050

Penelitian ini merekomendasikan peningkatan konsumsi ikan per kapita harian, 40 Kkal.

Para pekerja dan nelayan beraktivitas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). TPI Karangsong menjadi bagain penting bagi Kabupaten Indramayu karena, kabupaten Indramayu yang memiliki potensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Ikan-ikan yang berada di TPI tersebut ditangkap dari berbagai perairan di Indonesia, seperti perairan Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Papua.
Foto: Republika/Prayogi
Para pekerja dan nelayan beraktivitas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). TPI Karangsong menjadi bagain penting bagi Kabupaten Indramayu karena, kabupaten Indramayu yang memiliki potensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Ikan-ikan yang berada di TPI tersebut ditangkap dari berbagai perairan di Indonesia, seperti perairan Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Global Health mengungkapkan, mengganti konsumsi daging merah dengan ikan umpan seperti sarden, herring, hingga teri dapat mencegah 750 ribu kematian setiap tahunnya pada 2050.

Dilansir dari Medical Daily, Sabtu, (13/4/2024), penelitian tersebut juga menemukan konsumsi ketiga ikan itu berpotensi menurunkan potensi kecacatan yang disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan pola makan. Di sisi lain, konsumsi daging merah dan daging olahan terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular.

Baca Juga

Contohnya ada strok, penyakit jantung, diabetes, kanker usus dan penyakit arteri koroner. “Penyakit-penyakit ini menyumbang sekitar 70 persen kematian global pada 2019. Maka dari itu, ikan hijauan laut yang kaya akan asam lemak tak jenuh, mengandung Omega-3 (DHA dan EPA), yang asupannya dapat mencegah penyakit jantung koroner, serta kaya akan kalsium dan vitamin B12. Mereka juga memiliki jejak karbon paling rendah dibandingkan sumber makanan hewani lainnya,” ujar jurnal penelitian itu.

Namun saat ini, tiga perempat dari hasil tangkapan ikan hijauan digiling menjadi tepung ikan dan minyak ikan. Sementara produk yang sebagian besar digunakan untuk budidaya ikan, ditujukan untuk konsumen berpenghasilan tinggi.

Para peneliti menjelaskan perubahan pola makan yang direkomendasikan ini bisa sangat bermanfaat bagi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Dimana jenis ikan ini harganya terjangkau dan berlimpah, dan dimana beban penyakit seperti penyakit jantung sangat besar.

Dalam analisanya, peneliti menyusun empat skenario berbeda berdasarkan proyeksi konsumsi daging merah pada tahun 2050 di 137 negara dan data historis penangkapan ikan hijauan dari habitat laut. Skenario pertama difokuskan pada pengutamaan pasokan dalam negeri, pemanfaatan ikan umpan untuk konsumsi nasional atau sebagai pengganti daging merah.

Dalam skenario kedua, penekanannya adalah pada pengurangan asupan daging, khususnya di negara-negara dimana konsumsi domba dan sapi melebihi tingkat yang direkomendasikan yaitu 15 Kkal. Skenario ketiga menargetkan memastikan asupan ikan yang cukup, dengan prioritas pada negara-negara yang konsumsi ikannya berada di bawah tingkat yang direkomendasikan yaitu 40 Kkal.

Terakhir, skenario keempat melibatkan penggantian daging merah dengan persentase yang sama di semua negara berdasarkan ketersediaan ikan umpan. Hasilnya, dalam skenario satu menunjukkan jumlah kematian yang dapat dicegah paling rendah.

Alokasi seluruh ikan umpan ke wilayah dengan asupan ikan terendah, khususnya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah sesuai skenario tiga, akan mengurangi beban penyakit global dengan lebih efektif.

Ketika ikan-ikan tersebut diadopsi secara luas untuk konsumsi langsung manusia, hal ini memberikan manfaat kesehatan masyarakat yang besar. Khususnya, dalam hal mengurangi terjadinya penyakit jantung koroner.

“Secara global, pendekatan ini dapat mencegah setengah juta hingga 750 ribu kematian akibat penyakit terkait pola makan pada 2050, dan kematian akibat penyakit jantung koroner pada khususnya, dan dapat mencegah delapan hingga 15 juta tahun hidup dengan disabilitas, yang sebagian besar adalah terkonsentrasi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah," kata para peneliti.

Meskipun demikian, pasokan ikan terbatas dan tidak akan cukup untuk menggantikan semua daging merah. Sehingga penelitian ini merekomendasikan peningkatan konsumsi ikan per kapita harian hingga mendekati tingkat yang direkomendasikan yaitu 40 Kkal di sebagian besar negara.

Sehingga dapat mengurangi kematian akibat penyakit jantung koroner, stroke, diabetes dan kanker usus sebesar dua persen pada tahun 2050. “Terlepas dari potensi teoritis dari ikan umpan, beberapa hambatan seperti tepung ikan dan pengolahan minyak, penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim, dan penerimaan budaya dapat menghalangi terwujudnya manfaat kesehatan dari ikan umpan,” kata para peneliti.

Oleh karena itu, para peneliti menyarankan agar koordinasi dan tindakan multi-sektoral seperti memprioritaskan akses ikan yang terjangkau bagi masyarakat miskin. Termasuk juga, mempromosikan penggunaan mikroalga yang kaya nutrisi dapat membantu mengatasi beberapa hambatan ini lebih digalakkan pemerintah pada masyarakat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement