Jumat 22 Mar 2024 07:15 WIB

Ikut Demo di Inggris, Charlotte Church Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Charlotte Church bergabung bersama ratusan demonstran pro Palestina di Inggris.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Penyanyi asal Inggris, Charlotte Church. Beberapa waktu lalu, Church sempat menghadiri acara Sing for Palestine. Dia juga ikut demo Palestina di Inggris.
Foto: EPA/ANDY RAIN
Penyanyi asal Inggris, Charlotte Church. Beberapa waktu lalu, Church sempat menghadiri acara Sing for Palestine. Dia juga ikut demo Palestina di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, BATH -- Penyanyi Inggris Charlotte Church bergabung dengan pengunjuk rasa di Bath, Inggris, pada akhir pekan lalu. Dia ikut turun ke jalan kota bersama ratusan pengunjuk rasa lainnya untuk menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Musisi dan aktris berusia 38 tahun tersebut berjalan melalui Bath dan berbicara di "Silence is Violence" pada Sabtu (16/3/2024). Dia mendesak Bath dan North East Somerset Council (BANES) untuk menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Baca Juga

Church membacakan kalimat dari penulis dan psikoanalis Dr Clarissa Pinkola Este di depan para pendemo. Dia mengajak orang agar tidak berkecil hati.

Church telah melihat banyaknya kemarahan atas situasi yang terjadi di Gaza. Banyak yang prihatin dengan kondisi dunia saat ini.

"Saat ini, kita hampir setiap hari merasa terkejut dan sering kali marah atas kebiadaban terkini yang paling penting bagi masyarakat yang beradab dan visioner," kata dia, dikutip dari Somersetlive, Jumat (22/3/2024).

"Namun, aku mendorongmu, memintamu... untuk tidak membuat semangatmu kering dengan meratapi masa-masa sulit ini. Terutama jangan putus asa," ujarnya.

Daftar pengunjuk rasa lain di sana, termasuk warga Palestina yang tinggal di Bath, Mohammed Alrozzi. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa memutuskan diam ketika ada masalah berarti merupakan bentuk keterlibatan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Big Sing for Palestine (@bigsingcymru4palestine)

Dengan tidak bersuara, tidak menuntut tindakan, orang menjadi bagian dari mesin yang membiarkan kehancuran terus berlanjut. Itu sebabnya, menurut Alrozzi, penting mengingatkan diri sendiri dan anggota dewan bahwa tidak adanya tindakan dalam menghadapi ketidakadilan adalah bentuk kekerasan.

"Ini adalah kekerasan karena pengabaian, kekerasan karena menutup mata, dan kekerasan dalam menekan suara-suara yang menyerukan keadilan," kata dia.

Alrozzi menyebut aktivisme publik adalah denyut nadi yang menunjukkan bahwa kita masih hidup. Aktivisme menunjukkan bahwa kita memiliki nilai-nilai keadilan dan penghargaan terhadap kehidupan manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement