Senin 18 Mar 2024 12:40 WIB

Ilmuwan Ingatkan Dokter Setop Pakai Istilah 'Long Covid' ke Pasien, ini Alasannya

Istilah long Covid mewakili gejala yang bertahan lama setelah orang kena Covid-19.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Seseorang bersin saat kena Covid-19 (ilustrasi). Ilmuwan mengingatkan dokter untuk tak lagi memakai istilah long covid kepada pasiennya.
Foto:

Dokter Galloway menyayangkan banyaknya pasien yang diberi istilah "long Covid" sering kali tanpa alasan yang meyakinkan, selain karena kumpulan gejala yang sedang dialami. Implikasi dari penyebutan istilah ini bisa sangat signifikan, berdampak pada kesejahteraan mental mereka.

"Banyak dari mereka yang pernah saya tangani dalam pengobatan tampaknya kalah dengan asumsi bahwa kondisi mereka tidak akan membaik. Tetapi juga karena hal ini berarti dokter mungkin tidak mencari penyebab lain dari gejala yang mereka alami," ujar dr Galloway.

photo
Brain fog usik penyintas Covid-19. - (Republika)

Dokter Janet Scott selaku dosen Klinis Penyakit Menular, University of Glasgow yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa ada banyak infeksi yang menyebabkan sindrom pasca infeksi. Kemungkinan long Covid memang tidak jauh berbeda dengan sindrom pasca infeksi virus pernapasan lainnya.

Namun, penting untuk tidak meremehkan dampak pribadi dan ekonomi yang besar dari dampak jangka panjang Covid terhadap seseorang.

"Perbedaan besar dengan long Covid adalah banyaknya orang yang terinfeksi virus yang sama dalam waktu singkat yang telah memfasilitasi penelitian yang lebih terkoordinasi di bidang ini, yang saya harap akan bermanfaat bagi semua penderita sindrom pasca Infeksi," ungkap dr Scott.

Apa itu long Covid?

Menurut Layanan Kesahatan Nasional Inggris (NHS), kebanyakan orang yang menderita Covid-19 merasa lebih baik dalam beberapa hari atau pekan. Sementara itu, mereka yang diusik Covid-19 dalam jangka waktu lama membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Gejalanya meliputi:

Kelelahan, sesak napas, kehilangan penciuman dan nyeri otot.

Hal ini juga dapat menyebabkan:

Masalah daya ingat, dada sesak, susah tidur, jantung berdebar-debar, pusing, nyeri sendi, kesemutan, tinitus, sakit perut, kehilangan nafsu makan, suhu tinggi, batuk, ruam, dan depresi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement