Jumat 08 Mar 2024 09:02 WIB

Mendorong Akses Kesehatan di Hari Perempuan Internasional

Perempuan berperan penting dalam memperkuat sistem kesehatan.

Kader posyandu menimbang berat anak saat kegiatan posyandu di Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, Bengkulu, Sabtu (24/2/2024). Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting secara nasional dari 21,6 persen pada pertengahan tahun 2023 turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi
Kader posyandu menimbang berat anak saat kegiatan posyandu di Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, Bengkulu, Sabtu (24/2/2024). Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting secara nasional dari 21,6 persen pada pertengahan tahun 2023 turun menjadi 14 persen di tahun 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, para perempuan di dunia masih menghadapi berbagai tantangan di berbagai lini kehidupan. Mulai dari akses ke layanan kesehatan, tanggung jawab domestik, hingga kesetaraan dalam kehidupan. 

Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2024, Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) dan PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan kegiatan Diskusi Publik dengan tema “Membangun Kepemimpinan Perempuan di Sektor Kesehatan”, di Jakarta, Kamis (7/3/2024). 

Baca Juga

Hal ini untuk mendukung tema Hari Perempuan Internasional tahun ini yaitu “Inspire Inclusion”, yang menegaskan, perempuan berperan penggerak kunci untuk bisa menggerakkan masyarakat untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

“Momentum Hari Perempuan Internasional diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para perempuan di dunia dan di Indonesia, bahwa perempuan memiliki peran yang sangat krusial dalam kemajuan suatu negara,” ujar Ir Aryana Satrya, MM, PhD, selaku ketua PKJS-UI.

Menurutnya, perempuan berperan penting dalam memperkuat sistem kesehatan di Indonesia. Selain karena seorang perempuan adalah pondasi keluarga, perempuan dapat pula menjadi agen perubahan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, serta mendorong terciptanya kebijakan yang berpihak pada kesehatan perempuan. 

“Untuk itu, melalui diskusi publik hari ini, kami berharap dapat menginspirasi para perempuan di Indonesia dan mendorong terciptanya perubahan positif terkait dengan derajat kesehatan di Indonesia, serta menggerakkan perempuan Indonesia agar lebih peduli terhadap isu kesehatan,” Aryana menambahkan. 

Senada, Dr Lestari Moerdijat, SS, MM, selaku wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mengatakan, perempuan memiliki peran besar dalam hal kesehatan masyarakat. Oleh karena itu inklusi sangatlah penting dalam upaya optimalisasi penguatan sektor kesehatan. 

Lenny N Rosalin SE MSc MFin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPPAI) memaparkan, jumlah perempuan di Indonesia mencapai 49 persen, atau hampir separuh dari populasi penduduk, tapi ketimpangan gender masih terjadi hampir di semua lini kehidupan.

Ia menegaskan, kesehatan masyarakat menjadi komponen kunci bagi Indonesia untuk membangun manusia. Tantangannya, indeks pembangunan manusia (IPM) di beberapa provinsi masih di bawah IPM Nasional. 

“Jika bicara kebjiakan publik, termasuk di bidang kesehatan, maka ada empat hal yang penting untuk diperhatikan yaitu AMPK - Akses, Manfaat, Partisipasi dan Kontrol. Di keempat aspek ini, perempuan masih di bawah laki-laki,” imbuh Lenny. Lenny juga mengajak para perempuan di Indonesia untuk terus belajar, mengasah diri, dan menjadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kapasitasnya.

Di tingkat rumah tangga, setiap individu terlepas dari gender mereka, memainkan peran penting dalam memastikan kesejahteraan keluarga. Perempuan, khususnya, memiliki tanggung jawab strategis dalam mengelola dampak kesehatan dari perubahan iklim. Hal ini termasuk menyediakan akses ke air bersih, pengelolaan limbah, pencegahan penyakit, dan memastikan ketahanan pangan keluarga. 

Pada kesempatan ini, Michele Erwee, Global Head of Access to Medicines, PT Takeda Innovative Medicines menegaskan komitmen Takeda mendorong kepemimpinan perempuan yang menginspirasi inklusi. “Kami setuju dengan pernyataan bahwa keberagaman adalah sebuah fakta dan inkslusi adalah sebuah tindakan,” ujarnya. 

Inklusivitas, Michele mengungkapkan, adalah bagaimana kita menciptakan lingkungan yang dapat mendorong perempuan bertumbuh. Pihaknya pun terus mengupayakan inklusivitas untuk menggali potensi seluruh perempuan di seluruh dunia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement