REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana mengungkapkan hasil penelitian dampak media sosial terhadap kesehatan mental di Indonesia. Penelitian fokus pada penggunaan Facebook, Twitter, dan aplikasi pesan instan dengan objek 22.423 individu berusia 20 tahun yang tersebar di 297 kabupaten/ kota.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, sesuai dengan hasil penelitian di tingkat global. Atika menjelaskan, kecanduan media sosial dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari problematik penggunaan internet yang berlebihan.
Hal itu ditandai dengan indikator seperti durasi, intensitas, dan frekuensi penggunaan yang melebihi batas wajar. Faktor-faktor lain termasuk obsesi, pengabaian terhadap hal-hal di luar media sosial, dan kehilangan kontrol.
"Penggunaan yang melebihi 5 jam sehari dapat dianggap sebagai problematik. Terutama jika seseorang kehilangan kontrol dan terobsesi untuk terus mengakses platform tersebut. Faktor lain yang mencakup kecanduan media sosial adalah pengabaian terhadap aktivitas di dunia nyata, dimana individu lebih memilih untuk terlibat dalam kehidupan maya daripada kehidupan nyata," ujarnya, Kamis (7/3/2024).
Atika mengungkapkan, penggunaan internet yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Faktor-faktor seperti terlalu lama terpapar layar, posisi duduk yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah seperti gangguan tidur dan kelelahan mata.
Secara mental, penggunaan media sosial berlebihan dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Sebab, kata dia, ada ketidakmampuan mengontrol perilaku berulang untuk mengakses media sosial dan seterusnya.
Atika mengatakan, terapi psikologis dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kecanduan media sosial. Terapi yang umumnya digunakan untuk mengatasi kecanduan, biasanya lebih berfokus pada modifikasi perilaku. Hal ini melibatkan psikoedukasi dan pembentukan pola pikir yang lebih sehat. Terapi juga mencakup identifikasi alasan di balik penggunaan media sosial sebagai koping serta memberikan alternatif coping yang lebih sehat.
"Pentingnya memberikan alternatif bagi individu yang cenderung menggunakan media sosial sebagai solusi atas masalah atau stres yang mereka hadapi. Strategi koping yang terus-menerus menggunakan media sosial dapat memperburuk masalah kesehatan mental mereka," ucapnya.