REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stunting termasuk permasalahan serius yang bisa berimbas untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu, upaya penanganan serta pencegahannya terus digencarkan. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya.
Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Senin (5/2/2024), prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen. Angka itu berdasarkan data survei status gizi nasional (SSGI) 2022.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 24,4 persen, angka itu memang menurun. Namun, prevalensi tersebut masih disebut masih perlu ditekan, mengingat target prevalensi stunting 2024 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah 20 persen.
Ada sejumlah hal yang menjadi penyebab stunting. Bisa karena asupan gizi tak memadai pada ibu hamil, atau masalah ketahanan pangan (ketersediaan, keterjangkauan dan akses pangan bergizi), lingkungan sosial (norma, makanan bayi dan anak, hygiene, pendidikan, dan tempat kerja), lingkungan kesehatan (akses, pelayanan preventif dan kuratif), dan lingkungan pemukiman (air, sanitasi, kondisi bangunan).
Selain itu, penyebab tidak langsung dari stunting meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan urbanisasi, globalisai, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan komitmen serta keterlibatan lintas sektor.
Baca juga, Prabowo Bakal Beri Anak-Anak Makanan Bergizi Cegah Stunting, Ganjar: Bapak Terlambat
Pasalnya, stunting punya imbas yang cukup signifikan. Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan anak gagal tumbuh, juga memicu hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme anak.
Untuk jangka panjang, stunting akan menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa.
Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melliltus, hipertensi, jantung koroner dan strok. Karenanya, berbagai cara digagas untuk menurunkan angka stunting.
Upaya penurunan stunting dapat....