REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raja Charles saat ini sedang dirawat di rumah sakit dan akan menjalani operasi karena kondisi pembesaran prostat yang dia idap. Sejak kabar ini mencuat di media, banyak orang berspekulasi bahwa pembesaran prostat yang dialami oleh Raja Charles disebabkan oleh kanker.
Kabar mengenai kesehatan Raja Charles ini muncul tak lama setelah pihak kerajaan Inggris mengumumkan bahwa Princess of Wales, Kate Middleton, sedang dirawat di rumah sakit untuk menjalani operasi perut terencana. Dalam keterangan resmi mereka, Buckingham Palace menyatakan bahwa kondisi yang diidap oleh Raja Charles tidak ganas.
"Sama seperti ribuan pria lainnya setiap tahun, Yang Mulia Raja menjalani terapi untuk pembesaran prostat," ungkap Buckingham Palace, seperti dilansir Express pada Jumat (19/1/2024).
Setelah pengumuman tersebut diunggah, banyak warganet yang mengaitkan kondisi Raja Charles kanker prostat. Tak sedikit pula warganet yang mengira bahwa pembesaran prostat merupakan kanker prostat.
"Pembesaran prostat merupakan kondisi yang sangat umum pada pria di atas usia 50," ungkap Head of Health Information & Clinical Support di Prostate Cancer UK, Nick Ridgman.
Ridgman menegaskan bahwa pembesaran prostat bukan disebabkan oleh kanker. Selain itu, pembesaran prostat juga tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.
"Pria dengan pembesaran prostat mungkin akan mengalami gejala seperti kesulitan berkemih, aliran urin yang lemah, lebih sering berkemih, atau bahkan tidak ada gejala," ujar Ridgman.
Prostat merupakan kelenjar kecil yang terletak di panggul, tepatnya di antara penis dan kandung kemih. Pada kasus pembesaran prostat, kelenjar tersebut mengalami pembesaran lebih dari normal. Kondisi ini biasanya dikenal dengan istilah benign prostatic hyperplasia (BPH).
"Ini adalah kondisi yang memengaruhi cara Anda berkemih," lanjut National Health Service (NHS).