Rabu 03 Jan 2024 16:45 WIB

Bakar Lilin Beraroma di Rumah, Ini Risikonya Buat Kesehatan

Menyalakan lilin beraroma dapat membuat rumah wangi, membuat rileks.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Aromaterapi sudah lama dikenal memberi efek rileks termasuk mengobati di tubuh.
Foto: Max Pixel
Aromaterapi sudah lama dikenal memberi efek rileks termasuk mengobati di tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyalakan lilin aromaterapi menjadi salah satu cara yang dilakukan sebagian orang agar rumah menjadi wangi, memperbaiki suasana hati, dan membuat rileks. Namun, ternyata ada efek samping serius dari membakar lilin beraroma.

Dokter spesialis kesehatan masyarakat di Universitas Semmelweis di Hungaria, Tamás Pándics, mengatakan penggunaan lilin beraroma itu telah dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan. Sebut saja migrain, iritasi mata dan tenggorokan, serta risiko penyakit pernapasan.

Baca Juga

Selain itu, ada kemungkinan memperparah kondisi yang sudah diidap, seperti asma. Penyebabnya adalah karena lilin mengeluarkan partikel kecil polutan saat dibakar. Meskipun lilin wangi hanya menghasilkan sejumlah kecil partikel dan uap pada satu waktu, partikel dan uap tersebut akan bertambah jika semakin lama digunakan.

"Dampak kumulatif ini, dan paparan terus-menerus terhadap bahan kimia lainnya, dapat mengarah pada potensi risiko kesehatan," ungkap Pándics, dikutip dari laman The Sun, Rabu (3/1/2024).

Beberapa lilin menggunakan minyak esensial untuk menghindari efek buruk dari wewangian buatan. Namun, hal ini juga tidak bebas risiko. Misalnya, bahan kimia thujone yang ditemukan dalam minyak esensial telah dikaitkan dengan kerusakan sistem saraf.

Ada juga cinnamaldehyde, yang digunakan dalam beberapa lilin beraroma kayu manis, dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan reaksi alergi. Kebanyakan lilin terbuat dari lilin parafin, yang oleh studi dibuktikan dapat menyebabkan kanker, walau masih menjadi perdebatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement