Jumat 08 Dec 2023 17:54 WIB

Cekcok dengan Pasangan? Ini Cara Menahan Diri Agar tak Kebablasan

Psikolog mengungkapkan beberapa cara menahan diri ketika cekcok dengan pasangan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Pasangan cekcok (ilustrasi). Psikolog mengungkapkan beberapa cara agar pasangan mampu menahan diri ketika cekcok agar tidak kebablasan.
Foto: Foto : MgRol112
Pasangan cekcok (ilustrasi). Psikolog mengungkapkan beberapa cara agar pasangan mampu menahan diri ketika cekcok agar tidak kebablasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan rumah tangga, pertengkaran merupakan hal lumrah terjadi. Namun, tak sedikit yang akhirnya pertengkaran tersebut memicu emosi dan membuat seseorang gelap mata sehingga melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) baik secara fisik maupun verbal.

Bagaimana cara menahan diri agar hal demikian tidak terjadi? Psikolog praktik klinis forensik, Reni Kusumowardhani, menjelaskan pertengkaran antara suami istri itu sebenarnya sesuatu yang lumrah terjadi. Namun ini menjadi tidak lumrah apabila salah satu dari pasangan tersebut lebih dominan dan kemudian memanfaatkan relasi kuasa.

Baca Juga

"Sehingga yang dominan dapat berperilaku KDRT yang dampaknya bisa fatal pada korbannya yang dalam hal ini tentunya pihak yang lebih lemah," ujar Ketua 3 Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (PP HIMPSI) kepada Republika.co.id, Jumat (8/12/2023). 

Reni menambahkan permasalahan suami istrinya yang tidak sehat memang bisa menyulut eskalasi emosi yang sedemikian rupa terutama jika salah satu atau keduanya memang berada di dalam situasi kepribadian yang tidak matang atau mungkin ada gangguan di dalam kepribadiannya. Meskipun untuk mengetahui hal ini, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terkait dengan keadaan kejiwaan seseorang. 

Lalu hal apa yang bisa dilakukan jika marah besar ke pasangan agar tidak gelap mata? Menurutnya, hal ini erat kaitannya dengan kesehatan mental masing-masing.

Dia mengatakan semakin sehat mental kita, akan makin baik kemampuan untuk mengatasi permasalahan supaya lebih objektif dan mengendalikan amarah secara lebih cerdas serta proporsional. Hal tersebut merupakan salah satu bagian dari cerdas emosi. 

"Kalau seseorang sudah berada dalam situasi marah, ini memang menjadi sulit kalau kepribadiannya tidak matang atau dia punya trauma masa kecil (ACE)," ujarnya. Oleh karena itu, isu kesehatan mental menjadi sangat penting. 

Menurutnya untuk dapat menahan diri supaya tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan adalah dengan menjaga kesehatan-kesehatan mental masing-masing dan memiliki self awareness yang baik sehingga respons-respons marahnya lebih dapat dikendalikan. 

Hal yang dapat dilakukan jika sedang marah adalah segera menyadari kemarahan yang terjadi atur pernapasan, minum air putih, dan cobalah melakukan relaksasi agar intensitas kemarahan dapat mereda dan dapat diatasi. "Ini penting karena saat orang marah, otot-otot tubuh itu akan menegang dan detak jantung meningkat, tekanan darah juga melonjak. Kondisi ini membuat situasi psikologis orang tersebut juga makin tegang, sehingga butuh di ekspresikan," ujarnya. 

Oleh karena itu, perlu dilakukan hal-hal yang dapat mengurangi tension tersebut. Bagi orang-orang yang cukup memiliki kesehatan mental atau kesehatan mentalnya cukup baik, itu akan dengan cepat kembali pada ke kesadaran atau self awareness

"Tapi kalau kesehatan mentalnya tidak optimal, dia cenderung akan sulit sekali mengelola, mengendalikan emosi kemarahannya sedemikian rupa atau bisa mengelola kemarahannya secara baik (anger management).

Reni mengatakan, makin sehat mental seseorang akan makin mampu dia segera menyadari kemarahan dan mengenal respons negatifnya sehingga tidak berlanjut secara fatal. Sebaliknya, semakin buruk kesehatan mental seseorang, kalau dia sudah terlanjur marah, ini menjadi berisiko karena dia akan sulit untuk menyadari situasinya secara cepat. 

Menurut dia, mengelola amarah perlu dilatih. Utamanya, pada orang-orang yang pemarah, orang-orang yang tidak mampu mengendalikan emosi terutama emosi marahnya. 

"Itu memang perlu untuk berlatih, bagaimana dia bisa mengenali hal-hal yang bisa membuat dia marah, sehingga dia bisa mencegah dan melakukan langkah-langkah untuk mencegah marahnya ini berkaibat fatal".

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement