Rabu 06 Dec 2023 17:29 WIB

Tersedia di Indonesia, Golongan Obat Makrolida Efektif Atasi Mycoplasma Pneumonia

Mycoplasma pneumonia bukanlah penyakit baru.

Anak sakit (ilustrasi). Penderita mycoplasma pneumonia awalnya akan merasakan demam.
Foto: www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Penderita mycoplasma pneumonia awalnya akan merasakan demam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma bisa diobati. Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Nastiti Kaswandani mengemukakan golongan obat makrolida yang umum dipakai untuk mengatasi infeksi pernapasan efektif mengatasi mycoplasma pneumonia.

"Obat utama untuk pneumonia tersedia di Indonesia sudah lama karena memang penyakitnya bukan penyakit baru. Golongan makrolida yang paling banyak dipakai azitromisin dan klaritromisin," kata Nastiti dalam konferensi pers terkait mycoplasma pneumonia diikuti dalam jaringan (daring) di Jakarta, Rabu (6/12/2023).

Baca Juga

Nastiti mengatakan tata laksana perawatan pasien mycoplasma pneumonia pada anak diawali dengan pengecekan level gejala oleh dokter. Ini dilakukan untuk memastikan apakah pasien perlu dirawat inap atau rawat jalan.

Gejala yang ditimbulkan pun hampir mirip dengan gejala infeksi saluran napas akut (ISPA). Penderita biasanya akan merasakan demam kemudian batuk dalam durasi dua hingga tiga pekan.

Gejala lainnya yang juga mengiringi pasien mycoplasma pneumonia adalah nyeri tenggorok. Pada anak dewasa, terkadang nyeri dada hingga lemas.

"Tapi ingat, tidak semua pasien batuk, pilek, gejala salesma, diberikan antibiotik. Jangan sedikit-sedikit dikasih golongan obat makrolida. Tidak perlu terjadi kepanikan dan cegah antibiotik yang tidak perlu," katanya.

Nastiti mengatakan dokter dapat berkonsultasi dengan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kemenkes RI manakala terjadi keterbatasan diagnosis pasti. Misalnya, saat terjadi ketidakcocokan gambaran klinis dengan indikasi pada pasien.

"Misalnya rontgennya agak parah, tapi gambaran klinis pasien baik-baik saja, itu salah satu petunjuk kalau dokter mengalami keterbatasan diagnosis. Kemenkes sudah ada saran jika ada kecurigaan, kirim ke BKPK untuk diperiksa spesimennya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement