Jumat 24 Nov 2023 13:56 WIB

Cita Rasa Kopi Bali, Apa Istimewanya?

Rasa kopi yang didapatkan berasal tanaman di sekitarnya.

  Seorang pengunjung mencicipi kopi di Bali Pulina, kawasan Ubud, Bali.
Foto: Antara
Seorang pengunjung mencicipi kopi di Bali Pulina, kawasan Ubud, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, UBUD---Berada di kawasan Ubud, Bali mungkin rasanya tak lengkap tanpa mencicipi kopi di tempat yang memanjakan mata ini. Cita rasa kopi Bali memiliki kekhasan tersendiri.

Menurut pemandu tur di restoran Bali Pulina, Ayu, cita rasa kopi Bali tergantung dari jenis biji kopi yang digunakan. Bila arabika Kintamani yang digunakan maka cita rasa dominannya yakni citrus atau jeruk. "Kami pakai jenis arabika Kintamani, dengan dominan rasa ada citrus. Arabika dari asal rasa lebih ke buah, jadi ada rasa manis, asam dan pahitnya," kata dia.

Baca Juga

Menurut Ayu, rasa kopi yang didapatkan berasal tanaman di sekitarnya dan Arabika Kintamani kebanyakan ditanam dengan tanaman jeruk sehingga inilah yang memengaruhi rasanya.

Kopi Bali menjadi bagian dari menu kopi hitam di Bali Pulina. Ada sejumlah pilihan proses biji kopi yang digunakan dan ini berperan pada hasil akhir kopi yang ditawarkan, salah satunya dry process yakni dipetik saat buah masih merah dan kuning lalu dijemur selama 2-3 pekan. Rasa yang dihasilkan pun cenderung pahit dan kuat.

Bagi mereka yang menyukai kopi dengan rasa asam, bisa memilih wet process yakni biji kopi dipetik dari buah yang masih merah. Kulitnya kemudian dikupas lalu biji direndam di air selama 24 jam dan dijemur.

Lalu bagi yang ingin rasa cenderung floral bisa memilih biji dengan natural process sementara untuk penyuka kopi dengan rasa sedikit manis dapat mencoba honey process.

"Untuk honey, karena prosesnya dari (buah dipetik saat) kulit merah tetapi gel atau lendir pada biji kopi dibiarkan menempel dan itu yang dijemur. Lendir terfermentasi ke biji kopinya, makanya rasa yang diciptakan sedikit manis," jelas Ayu.

Di sisi lain, kopi luwak juga menjadi rekomendasi menu di Bali Pulina. Biji kopi yang digunakan masih arabika. Kemudian, berbeda dengan kopi hitam, kopi luwak cenderung lebih lembut, asam tetapi kadar kafeinnya lebih rendah.

"Kopi luwak lebih clean. Kalau kopi biasa lebih kuat, pahit. Rasanya kopi luwak lebih lembut dari kopi biasa, jadi tidak sepahit kopi biasa," kata Ayu.

Tak sekadar mencicipi hidangan kopi luwak di sana, pengunjung bisa juga mendengar penjelasan tentang pembuatannya, dimulai dari bagaimana luwak memilih biji kopi lalu proses selanjutnya hingga kopi siap disantap.

"Luwak bisa makan segala jenis kopi asalkan kualitasnya bagus. Bisa arabika atau robusta. Karena di sini cenderung kami tanamnya arabika, ya otomatis dari kotoran luwak yang kita dapat itu arabika," kata Ayu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement