Selasa 21 Nov 2023 09:16 WIB

Prof Uut yang Risetnya Diakui Dunia Tanggapi Wolbachia Dituduh ‘Nyamuk Bill Gates’  

Pelepasan nyamuk wolbachia ini aman untuk masyarakat dan bukan rekayasa genetik.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menunjukkan pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.
Foto:

Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di sekitar 60 persen serangga, ternasuk pada lalat buah, kupu-kupu. Jika seekor serangga jantan wolbachia kawin dengan serangga betina tanpa wolbachia, maka telur yang dihasilkan tidak akan menetas. Jika serangga betina berwolbachia kawin dengan jantan tanpa wolbachia, maka telur akan menetas dan mengandung wolbachia. Jika keduanya memiliki wolbachia, telur akan menetas dan mengandung wolbachia. 

“Jadi itu bagaimana wolbachia diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. kuncinya pada garis ibu. Wolbachia bukan rekayasa genetik. Jadi bakter ini alami dan terdapat di lebih dari 60 persen serangga di sekitar kita,” lanjut dia.

Jadi ketika wolbachia dimasukan pada telur Aedes aegepty, mekanismenya menghambat perkembanga dari virus dengue, sehingga ketika nyambuk aedes menggigit manusia, maka virusnya tidak ikut berpindah ke manusia. 

Menurut dia, implementasi ini juga dilakukan di sekitar 14 negara. Manfaatnya juga telah menurunkan 83 persen kegiatan fogging nyamuk yang notabene menggunakan bahan kimia. Justru dengan pelepasan wolbachia ini menjadi lebih aman dan ramah lingkungan.

Dari penelitian yang dilakukan 2011 lalu itu dimulai dengan tahapan penelitian fase kelayakan dan keamanan (2011-2012), fase pelepasan skala terbatas (2013-2015), fase pelepasan skala luas (2016-2020), dan fase implementasi (2021-2022). Studi ini menjadi pertama di dunia dengan aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) di Yogyakarta, menggunakan desain Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT).

Dari hasil studi AWED menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sebesar 77.1 persen dan menurunkan rawat inap karena dengue sebesar 86 persen. Bahkan dari hasil studi tersebut dan hasil di beberapa negara lain yang menerapkan teknologi WMP, teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021. 

 

Saat pertama kali diimplementasikan di Yogyakarta juga sempat mengalami penolakan. Namun dengan edukasi dan sosialisasi, masyarakat akhirnya menerima dan merasakan manfaatnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement