REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. dr. Qodri Santosa, M.Si.Med., Sp.A. mengajak seluruh dokter untuk bijak dalam menggunakan antibiotik pada pengobatan pasien terutama pasien anak.
"Bijak dalam menggunakan antibiotik, panas (demam) pakai antibiotik sesuai indikasinya," kata pengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak itu saat dihubungi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Ahad (19/11/2023).
Ia mengatakan terkait isu kelangkaan antibiotik di seluruh dunia yang mewarnai peringatan Hari Peduli Antibiotik Sedunia yang diperingati setiap tanggal 18 November.
Biasanya, kata dia, penyakit yang diberi antibiotik adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
"Jangan sampai panas sehari, langsung dikasih antibiotik. Selain boros, kalau suatu saat dia perlu, saking seringnya pakai antibiotik, malah jadi kebal," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kabupaten Banyumas itu.
Menurut dia, industri farmasi sebenarnya terus berkembang dan telah menghasilkan beberapa antibiotik baru.
Akan tetapi, kata dia, sering kali dokter sangat mudah memberikan antibiotik kepada pasiennya, sehingga hal itu diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya kelangkaan antibiotik.
Bahkan, lanjut dia, ada istilah bahwa antibiotik itu sebagai tameng terakhir dalam pengobatan.
Ia mengakui bahwa dalam pengobatan sebenarnya tidak ada pengganti antibiotik.
"Yang paling penting justru ketika tidak ada indikasi, jangan dikasih antibiotik, kalau memang butuh antibiotik ya dikasih," kata dokter Qodri.