REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania mengungkapkan meniran memiliki manfaat bagi kesehatan terutama untuk meningkatkan imunitas tubuh, meskipun selama ini kerap dianggap sebagai tanaman gulma.
"Meniran ini memiliki segudang manfaat bagi tubuh manusia yang dapat memodulasi sistem imun,” kata Inggrid dilansir Antara di Jakarta.
Ia mengatakan, tumbuhan hijau dengan nama latin Phyllanthus niruri dengan aktivitas imunostimulasinya, relevan digunakan pada penyakit-penyakit infeksi. "Tanaman ini (meniran) sudah teruji klinis pada beberapa penyakit infeksi seperti influenza, ISPA, TB paru, hepatitis B, Herpes zoster, varicella, bahkan kandidiasis vagina," ujar Inggrid.
Meniran menstimulasi sistem imun seluler dan humoral yang dapat memodulasi komponen sistem imun, satu diantaranya adalah sitokin proinflamasi. Sitokin proinflamasi sangat penting untuk mengoordinasikan respon imun yang dimediasi sel dan memainkan peran penting dalam memodulasi sistem kekebalan tubuh.
"Sitokin proinflamasi umumnya mengatur pertumbuhan, aktivasi sel, diferensiasi, dan penempatan sel imun ke tempat infeksi dengan tujuan untuk mengendalikan dan memberantas patogen intraseluler, termasuk virus," ujarnya.
Inggrid mencontohkan penelitian yang dilakukan pada 410 jamaah haji untuk menunjukkan efikasi dari ekstrak meniran, dengan durasi terapi selama 40 hari selama menunaikan ibadah haji. Menurutnya, pemberian ekstrak meniran mengurangi kejadian Influenza-like illness (ILI) sebesar 17,13 persen.
Angka penekanan ILI, katanya, semakin besar ketika ekstrak meniran dikombinasikan dengan multivitamin, yakni mencapai 36,2 persen. "Jadi suplementasi ekstrak Phyllanthus niruri atau yang dikombinasikan dengan multivitamin memberikan manfaat bagi jamaah haji dalam mengurangi kejadian ILI," kata Inggrid.
Ia melanjutkan, ekstrak dari meniran yang bersifat imunostimulan juga mampu mempercepat penyembuhan infeksi virus cacar air maupun cacar monyet. Di mana infeksi tersebut pada umumnya merupakan penyakit yang bisa disembuhkan sendiri oleh tubuh dengan imunitas atau daya tahan tubuh yang baik, dan aman digunakan dalam jangka panjang.
"Hingga saat ini juga belum ada laporan efek samping yang bermakna, baik berdasarkan hasil uji klinik maupun pemakaiannya di masyarakat," kata Inggrid.