REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit cacar monyet yang semula mewabah di Afrika pada 1970-an kini sudah dijumpai kasusnya di ratusan negara lain. Akankah cacar monyet menjadi pandemi seperti Covid-19?
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi, Robert Sinto, mengulas hal tersebut dengan mengutip studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dia menyampaikan, pada 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang menyebut cacar monyet sebagai kondisi darurat kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian internasional. Namun, cacar monyet cenderung kecil kemungkinannya menjadi pandemi seperti Covid-19.
"WHO sendiri menyatakan bahwa kemungkinan monkeypox untuk menjadi sebuah wabah untuk populasi umum sebenarnya rendah. Tetapi, risiko global untuk kelompok tertentu disebut moderat," ujar Robert.
Kelompok rentan yang disebutkan dalam studi WHO tahun lalu adalah lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki, serta pekerja seksual. Artinya, sangat bergantung pada ada tidaknya faktor risiko, berbeda dengan Covid-19.
Cacar monyet selama ini diketahui paling banyak menyerang laki-laki, dengan rentang usia antara 29-41 tahun yang ada dalam periode aktif secara seksual. Di Indonesia, Robert mengatakan 100 persen pengidap cacar monyet adalah pria.
Robert memaparkan hal itu di webinar "Tata Laksana Monkeypox". Acara digagas Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Kamis (2/11/2023).
Cacar monyet yang juga disebut monkeypox atau mpox merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Penyakit zoonosis artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Virus cacar monyet dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus. Berdasarkan data WHO, mayoritas penularan adalah dari kontak seksual, meski ada juga kasus yang disebabkan oleh kontak nonseksual.
Dalam webinar, Robert mengutip peta sebaran cacar monyet di seluruh dunia pada 2022-2023. Data per 25 Oktober 2023, terdapat 91.328 kasus yang dilaporkan di 116 negara. Angka kasus sempat tinggi pada akhir 2022, lalu melandai di awal 2023. Namun, satu bulan terakhir, terdapat tiga puncak peningkatan kasus.
Pelaporan jumlah kasus cacar monyet yang cukup tinggi dijumpai di Eropa, disusul Amerika Serikat, serta Asia. Negara di Asia yang paling banyak melaporkan kasus sebulan terakhir adalah Cina, Thailand, dan Vietnam.
Sementara, di Indonesia, Robert menyebutkan per 1 November 2023 terdapat total 30 kasus cacar monyet yang terkonfirmasi. Satu kasus diketahui pada 2022, dan 29 lainnya pada 2023. Sebanyak 24 kasus dijumpai di Jakarta, dan sisanya ada di Jawa Barat dan Banten.
"Ini adalah keadaan real di Indonesia yang harus menjadi perhatian kita bersama," ujar staf Divisi Tropik Infeksi FKUI RSCM itu. Robert menyebut cacar monyet merupakan topik yang baru dan terus berkembang, sehingga bisa terdapat perubahan data secara berkala.