REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Penggunaan jembatan kaca sebagai sarana wisata telah menimbulkan perhatian cukup besar. Pasalnya, jembatan kaca di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) dilaporkan telah merenggut nyawa satu pengunjung.
Peristiwa tersebut nyatanya telah memunculkan sikap waspada dari masyarakat terkait keberadaan jembatan kaca di daerah lainnya. Terlebih lagi dilaporkan terdapat pembangunan jembatan kaca di area wisata Gunung Bromo. Hal ini lebih tepatnya di kawasan Seruni Point, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Plt Kepala Disporapar Kabupaten Probolinggo, Bambang Heriwahjudi menjelaskan, bangunan/infrastruktur pendukung dari jembatan kaca belum selesai. Pihaknya bersama Kementerian PUPR memperkirakan pembangunan jembatan selesai Desember 2023.
"Dan sebelum dioperasionalkan oleh Pemkab, harus ada serah terima dulu dari Kementerian PUPR," kata pria disapa Yudi ini saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (31/10/2023).
Untuk diketahui, jembatan yang dianggarkan oleh Kementerian PUPR ini memiliki panjang bentang sekitar 120 meter (m). Jembatan tipe gantung pejalan kaki ini tercatat memiliki panjang sekitar 150 m (20 m + 120 m + 10 m).
Di samping itu, tipe blok angkur jembatan ini adalah beton bertulang. Sementara itu, tipe pile cap jembatan ini, yakni dinding penuh beton bertulang. Lalu untuk jenis pondasinya lebih pada tiang bor.
Sistem lantai dari jembatan kaca di kawasan Gunung Bromo ini lebih ke struktur baja dengan laminated tempered glass dan SGP. Untuk lebar lantainya diperkirakan sekitar 1,8 m dan 3 m. Adapun perihal kaca yang digunakan di jembatan ini memiliki ketebalan 25,52 milimeter (mm).
Menurut dia, kaca yang digunakan jembatan tersebut sudah diujicobakan dengan dipecahkan. Bahkan setelah pecah, kaca tersebut masih dapat menahan beban. Sementara itu, beban maksimal kaca dalam sekali dilalui pengunjung dapat mencapai 100 orang.
Topografi jembatan ini berada di area....