Senin 09 Oct 2023 02:53 WIB

Siapkah Indonesia Menghadapi Teknologi AI? Ini Prediksinya

Pengembangan AI harus seimbang antara inovasi dan pertimbangan risiko.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang saat pesat. Saat ini AI berdampak pada beragam aspek kehidupan./ilustrasi
Foto: Pexels
Teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang saat pesat. Saat ini AI berdampak pada beragam aspek kehidupan./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) hangat dibicarakan di seluruh dunia. Ini karena keberadaan teknologi AI diperkirakan akan menguasai bahkan menggusur profesi yang sudah ada. Lantas, bagaimana peluang pengembangan teknologi AI di Indonesia.

Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS), Lucas mengungkap tentang perkembangan dan tantangan dalam menghadirkan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia. Pendiri komunitas keamanan Indonesia Honeynet Project (IHP) itu memuji kemauan politik pemerintah Indonesia dalam mendorong pengembangan AI.

Baca Juga

Dosen di jurusan Teknik Elektro Universitas Atma Jaya, ini juga menyoroti berbagai inisiatif, seperti komputasi kinerja tinggi dan pembangunan infrastruktur yang telah mendukung perkembangan teknologi ini. Lucas juga menekankan pentingnya pengumpulan data yang baik dan penggunaan platform data tunggal sebagai langkah awal dalam pengembangan AI di negara ini.

Dia menggarisbawahi bahwa pengembangan AI harus seimbang antara inovasi dan pertimbangan risiko serta keselamatan. Lucas juga mencatat peningkatan minat terhadap AI di Asia sebagai momentum positif dalam industri ini, meskipun banyak negara di seluruh dunia juga tertarik untuk mengembangkan teknologi ini.

“Pembahasannya harus menyeimbangkan antara inovasi dengan risiko dan keselamatan. Para pelaku industri, kami juga melihat meningkatnya minat terhadap AI di Asia, yang merupakan momentum positif dalam industri AI,” kata Lucas dalam konferensi “Digital Discourses: Humanisme di Era AI” di Goethe-Institut, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Dia menyoroti beberapa sektor utama di Indonesia yang tengah fokus pada pengembangan AI, termasuk asuransi keuangan, layanan kesehatan, dan proses bisnis. Namun, dia juga mengakui bahwa ada kekurangan investasi dalam pengolahan data, yang menyebabkan beberapa orang melihat AI sebagai "kotak hitam" yang dapat menyelesaikan semua masalah tanpa memahami dasarnya.

Lucas juga menggambarkan perkembangan teknologi AI, termasuk pembelajaran mesin, robotika otonom, dan teknologi sensor. Dia mencatat pentingnya persiapan dan pengembangan data berkualitas tinggi sebagai aspek kunci dalam pengembangan AI.

Dalam konteks investasi, Lucas mengamati bahwa total investasi di Indonesia masih relatif kecil, terutama dalam sektor keuangan dan rintisan. Namun, dia melihat potensi pesaing dari negara tetangga seperti Singapura.

Dia menyebut tantangan yang dihadapi dalam pengembangan AI, termasuk kesenjangan digital di daerah pedesaan dan kurangnya infrastruktur. Lucas menyoroti pentingnya internet berkecepatan tinggi dan sumber daya kompeten dalam mendukung perkembangan AI.

Selain itu, Lucas menekankan peran penting data berkualitas tinggi dalam pengembangan AI, dan perlunya regulasi yang adaptif dan stabil. Kemudian, menurut dia penting untuk kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi AI, serta perlunya mempertimbangkan aspek sosial dan budaya dalam pengembangan AI yang etis.

Dia menyarankan adanya kolaborasi internasional dalam penelitian, pengembangan, dan pendidikan AI, serta perlunya kerangka kerja etis yang jelas untuk memastikan pengembangan teknologi ini sejalan dengan nilai-nilai budaya yang beragam di Asia. 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement