Sabtu 26 Aug 2023 11:05 WIB

Cegah Kanker Serviks, Lakukan Tes Terbaru Ini

HPV adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker serviks.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Untuk mendeteksi adanya infeksi HPV dalam tubuh, kini tersedia metode baru yang disebut sebagai tes HPV DNA Genotyping./ilustrasi
Foto: dokumen
Untuk mendeteksi adanya infeksi HPV dalam tubuh, kini tersedia metode baru yang disebut sebagai tes HPV DNA Genotyping./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Salah satu infeksi yang dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan wanita adalah Human Papillomavirus (HPV), terutama terkait dengan risiko kanker serviks. Untuk mendeteksi adanya infeksi HPV dan jenis-jenis HPV yang hadir dalam tubuh, salah satu metode yang digunakan adalah tes HPV DNA Genotyping. Apa itu HPV dan HPV DNA Genotyping?

Konsultan Ginekologi Onkologi dari Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi, Dr dr Bambang Dwipoyono, SpOG, menyebutkan bahwa HPV adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker serviks. Untuk mendeteksi adanya infeksi HPV dalam tubuh, kini tersedia metode baru yang disebut sebagai tes HPV DNA Genotyping. Tes ini mampu mengidentifikasi secara spesifik jenis-jenis HPV yang menginfeksi seseorang dan memberikan petunjuk penting dalam penanganan dan pengobatan infeksi HPV.

Baca Juga

“Tes HPV DNA Genotyping adalah prosedur tes berbasis molekular yang bertujuan mencari atau mengetahui adanya tanda-tanda infeksi HPV, diutamakan pada kelompok jenis (strain) yang dapat menimbulkan kanker pada serviks uteri,” ujar dr Bambang.

Lulusan dari Universitas Indonesia ini menjelaskan proses pengambilan sampel (spesimen) dilakukan dengan mengambil dari usapan pada permukaan mulut rahim dengan menggunakan sikat atau brush. Sampel ini akan dianalisis di laboratorium dan hasilnya akan mengidentifikasi jenis-jenis HPV yang terdeteksi dalam sampel.

Ia menyebutkan jika tes ini dapat mendeteksi semua jenis HPV baik yang onkogenik maupun yang non-onkogenik, karena setiap jenis HPV mempunyai struktur asam amino yang spesifik dan hal itulah menjadi target spesifik yang dicari atau dideteksi.

Perlu diketahui bahwa HPV onkogenik adalah jenis virus yang berpotensi menyebabkan kanker. Ketika infeksi HPV onkogenik tidak diatasi, virus dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel di daerah yang terinfeksi dan menyebabkan mutasi genetik yang dapat memicu pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan berpotensi menjadi kanker.

Sedangkan HPV non-onkogenik adalah jenis virus yang memiliki risiko sangat rendah untuk menyebabkan kanker. Meskipun dapat menyebabkan lesi pada kulit atau selaput lendir, infeksi HPV jenis ini biasanya tidak berkembang menjadi kanker.

“Saat ini jenis HPV onkogenik (high risk) yang bisa dideteksi adalah 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 53, 56, 58, 59, 66, 68 dan untuk HPV non-onkogenik (low risk) adalah 6, 11, 42, 43, 44, 81,” kata dr Bambang.

Risiko terkena kanker serviks dapat bervariasi tergantung pada jenis HPV yang ada dan faktor lainnya seperti imunitas tubuh, paparan faktor risiko lainnya, dan faktor genetik. Oleh karena itu, tes HPV DNA dapat membantu dalam mendeteksi keberadaan HPV onkogenik yang berpotensi menyebabkan kanker serviks.

Apa bedanya dengan pap smear?

Perbedaan antara kedua metode di atas adalah teknologi pendekatan yang digunakan. Pap smear bertujuan untuk melihat perubahan sel-sel (sitologi) mulut rahim yang menggambarkan sudah adanya lesi prakanker (mulai dari infeksi HPV sampai perubahan yang masih dikelompok lesi prakanker derajat tinggi) dan lesi kanker.

Sedangkan tes HPV DNA Genotyping cenderung melihat bukti adanya infeksi HPV yang onkogenik (terutama) maupun non-onkogenik sehingga hasil tes menggambarkan situasi yang lebih awal (hulu) sebelum terjadi perubahan di dalam sel-sel yang melapisi mulut rahim. Hasil tes HPV DNA pun tergolong cepat, pemeriksaan secara teknis bisa diperoleh dalam kurun waktu 60 menit, hanya saja hasil yang diberikan ke seseorang yang melakukan tes bervariasi tergantung pada laboratorium atau rumah sakit tempat tes dilakukan. Setelah mendapatkan hasil, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan langkah selanjutnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement