Sabtu 19 Aug 2023 23:27 WIB

Driver Ojol Diduga Persekusi Youtuber, Psikolog: Itu Illusory Superiority, Apa Artinya?

Pengemudi ojol diduga persekusi Youtuber Laurend Hutagalung.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Salah satu konten Stop Lawan Arah yang diunggah Laurend Hutagalung TV.
Foto: Dok Youtube/Laurend Hutagalung TV
Salah satu konten Stop Lawan Arah yang diunggah Laurend Hutagalung TV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengemudi ojek online (ojol) diduga melakukan persekusi terhadap Youtuber Laurend Hutagalung karena membuat konten "Stop Lawan Arah" di kawasan Tebet, Jakarta. Persekusi yang dilakukan ojol bukan kali pertama. 

Apa yang membuat ojol melakukannya? “Biasanya disebut illusory superiority (perasaan merasa berkuasa, sebenarnya tidak) atau karena perasaan mayoritas sehingga pasti lebih kuat dan menang, yaitu Illusory Majority Effect,” ucap Psikolog M Soleh saat dihubungi Republika.co.id pada Jumat (18/8/2023).

Baca Juga

Ketika seorang rekan sesama komunitas melakukan kesalahan dan langsung dibela begitu saja, sebenarnya tidak bisa disebut solidaritas. Bahkan hal itu bisa dibilang sebagai kesetiakawanan membabi buta.

“Kondisi inilah yang biasanya terjadi karena ada situasi ‘terjebak dalam perangkap pertemanan yang loyalitas-solidaritas’, yang akhirnya menyebabkan mereka meragukan nilai-nilai moral, agama, dan norma yang mereka anut,” ungkap Soleh.

Berteman sehat dalam sebuah komunitas, memiliki batasan-batasannya tersendiri. Soleh menyebutkan, harus ada kepatuhan dalam batasan dan prinsip, yang mendukung adanya penghargaan terhadap hak-hak individu.

Berbeda pandangan dalam komunitas merupakan hal yang wajar. Dan jika ada konflik, maka cara menyelesaikannya adalah dengan healthy conflict, atau menganggap bahwa konflik itu wajar ada dan pasti terjadi.

“Selama kita berinteraksi, maka hadapi saja dengan cara yang sehat, seperti hormati hak asasi individu (setiap orang punya hak), dialog yang terbuka, serta kritis terhadap setiap informasi dan pengaduan,” ujar Soleh.

Penting untuk menyaring semua aduan baik secara langsung maupun di media sosial, karena sekarang dunia sedang mengalami ambigous atau bermakna ganda, membingungkan, dan kerap membuat stres. Dunia sedang dibanjiri dengan banyaknya hoaks dan berita bohong.

“Bahkan mengaburkan fakta. Harus membangun budaya sadar diri dan sadar risiko (risk culture), dan harus ada pihak yang bisa menjadi mediator atau penengah,” kata Soleh.

Seperti diberitakan sebelumnya, pengemudi ojol kembali menjadi sorotan setelah ramai-ramai mempersekusi seorang kreator konten Laurend Hutagalung, yang sedang membuat konten “Stop Lawan Arah” di dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Mereka mengamuk lantaran sikap Laurend yang dianggap arogan padahal bukan petugas kepolisian.

Beberapa warga juga mengungkapkan harapan mereka, agar dibuat putaran balik yang tidak jauh apalagi sampai harus berjibaku dengan kemacetan. Terlebih, peringatan atau edukasi Laurend ini dianggap tidak beretika karena hanya sekedar untuk jadi bahan konten.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement