REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi memasukkan varian Covid-19 baru BA.2.86 atau BA.X ke dalam daftar varian di bawah pengawasan. Langkah ini dinilai cukup langka karena WHO sangat jarang memasukkan varian yang baru ditemukan ke dalam daftar tersebut.
Varian BA.2.86 pertama kali ditemukan di Denmark dan Israel belum lama ini. Sejauh ini, kasus Covid-19 akibat BA.2.86 baru terdeteksi di tiga negara, yaitu Denmark, Israel, dan Amerika Serikat, dengan total empat kasus.
Sejauh ini, informasi yang tersedia mengenai BA.2.86 masih sangat terbatas. Akan tetapi, varian ini dinilai mengkhawatirkan karena memiliki jumlah mutasi yang besar. Oleh karena itu, WHO memasukkan varian turunan omicron ini ke dalam daftar varian di bawah pengawasan.
"Informasi yang tersedia masih sangat terbatas (mengenai virus ini) tetapi jumlah mutasinya yang besar perlu dipantau lebih seksama," kata technical lead untuk respons Covid-19 dari WHO, Maria Van Kerkhove, seperti dilansir Times of India pada Jumat (18/8/2023).
Dari beragam mutasi yang dimiliki oleh BA.2.86, sebanyak 36 mutasi di antaranya mendapatkan sorotan khusus. Ke-36 mutasi ini memiliki keterkaitan dengan varian XBB.1.5 atau varian kraken.
Pemindaian mutasi yang mendalam terhadap BA.2.86 mengindikasikan bahwa varian baru ini berpotensi memiliki kekebalan terhadap antibodi yang sama atau bahkan lebih baik dari varian kraken. Selain itu, BA.2.86 juga diprediksi dapat menempel ke reseptor ACE2 di dalam tubuh manusia sebaik varian kraken.
Tak hanya itu, sekelompok ahli juga menilai varian BA.2.86 memiliki kemampuan untuk bertransmisi atau menyebar dengan luas. Di samping itu, mereka memprediksi bahwa varian ini telah menyebar cukup lama di tengah masyarakat sebelum terdeteksi.
Saat ini, otoritas kesehatan dari pemerintah Denmark sedang melakukan kultur terhadap varian BA.2.86. Proses ini dilakukan untuk menilai seberapa besar potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh varian dengan jumlah mutasi yang sangat besar ini.
Terlepas dari prediksi ini, ahli mengungkapkan bahwa kasus Covid-19 akibat varian BA.2.86 masih sangat jarang. Kekebalan tubuh dari vaksinasi dan juga riwayat terkena Covid-19 sebelumnya juga dinilai masih memberikan perlindungan bagi sebagian orang sehingga mereka dapat terhindari dari risiko sakit berat, meski terinfeksi oleh varian SARS-CoV-2 dengan tingkat mutasi yang tinggi.
"Ada mekanisme imunitas yang lebih luas dari vaksinasi dan riwayat infeksi sebelumnya yang memberikan sejumlah perlindungan terhadap sakit berat, bahkan (akibat infeksi) varian-varian yang sangat bermutasi," ujar ahli biologi evolusi di Fred Hutch Cancer Center, Jesse Bloom, seperti dilansir CBS News.