REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengumumkan dunia telah memasuki era Global Boiling. Dia telah memperingatkan bahwa Juli telah menjadi bulan terpanas.
"Perubahan iklim sudah terjadi dan sangat menakutkan. Tapi ini baru permulaan. Era Global Warming (pemanasan global) telah berakhir dan era Global Boiling (pendidihan global) telah tiba," kata Guterres.
Para pemimpin dunia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, bagi individu dan rumah tangga, ada cara sederhana yang bisa dilakukan guna mengurangi dampak Global Boiling.
Berikut tiga perubahan gaya hidup yang bisa Anda lakukan guna membantu memerangi perubahan iklim dan Global Boiling, seperti dikutip dari SBS, Kamis (3/8/2023):
1. Kurangi asupan daging
Industri daging adalah kontributor utama emisi gas rumah kaca dan kerusakan lingkungan. Menurut laporan tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Science, beralih ke pola makan nabati merupakan cara besar mengatasinya.
Laporan tersebut menemukan memelihara ternak menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi daripada menanam sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Produksi ternak bertanggung jawab atas 15 persen dari semua emisi karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida. Menurut PBB, beralih ke pola makan vegetarian dapat mengurangi jejak karbon seseorang hingga 500 kilogram CO2e per tahun.
2. Berhenti mengendarai mobil
PBB mengungkapkan sektor transportasi menghasilkan emisi karbon terbesar di dunia. Gas rumah kaca utama yang dihasilkan oleh kendaraan adalah karbon dioksida (CO2), tetapi juga menghasilkan dinitrogen oksida dan metana.
Cara yang bisa Anda lakukan dengan berjalan kaki, bersepeda, atau naik transportasi umum jika memungkinkan daripada berpergian dengan mobil. Kendaraan listrik juga dapat membantu mengurangi polusi udara dan menyebabkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih sedikit daripada kendaraan bertenaga bensin atau diesel.
3. Kurangi perjalanan udara
Perjalanan udara merupakan salah satu aktivitas manusia yang paling merusak lingkungan. Sebab, pesawat membakar bahan bakar fosil dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan.
Menurut Agen Energi Internasional (IEA), penerbangan menyumbang dua persen dari emisi CO2 terkait energi global pada tahun 2022. Angka tersebut tumbuh lebih cepat dalam beberapa dekade terakhir daripada perjalanan darat
PBB menyarankan untuk mengambil lebih sedikit jadwal penerbangan demi mengurangi dampak lingkungan. Pada tahun 2022, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), sebuah badan PBB, mengadopsi tujuan untuk penerbangan internasional dengan emisi karbon nol bersih pada tahun 2050.