Jumat 28 Jul 2023 00:24 WIB

Darurat Kesehatan Peru: Ratusan Warga Alami Kelumpuhan, Penyakit Langka Ini Penyebabnya

Sepanjang 2023, Peru mencatat empat kasus kematian terkait penyakit misterius itu.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pria memegang lututnya (ilustrasi). Serangan Guillain-Barre Syndrome dapat picu terjadinya pelemahan otot, kehilangan sensasi pada tungkai, serta kesulitan menelan dan bernapas.
Foto: www.freepik.com.
Seorang pria memegang lututnya (ilustrasi). Serangan Guillain-Barre Syndrome dapat picu terjadinya pelemahan otot, kehilangan sensasi pada tungkai, serta kesulitan menelan dan bernapas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peru telah mendeklarasikan darurat kesehatan nasional setelah 231 orang warga mengalami kelumpuhan akibat sebuah penyakit "misterius". Sepanjang 2023, Peru juga mencatat empat kasus kematian yang terkait dengan penyakit tersebut.

Kelumpuhan yang dialami oleh ratusan warga Peru ini disebabkan oleh penyakit langka bernama Guillain-Barre Syndrome (GBS). Kemunculan gelombang kasus GBS di Peru telah terdeteksi sejak Januari 2023. Akan tetapi, lebih dari setengah kasus GBS baru terjadi pada awal Juni hingga pertengahan Juli.

Baca Juga

Penyebab paling umum dari GBS adalah infeksi bakteri jenis Campylobacter. Bakteri serupa juga ditemukan pada para warga Peru yang mengalami kelumpuhan.

Hal ini diketahui setelah otoritas Peru mengambil dan meneliti sampel dari para warga Peru yang mengalami kelumpuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa para warga terinfeksi bakteri Campylobacter jejuni. Hasil analisis juga mengindikasikan bahwa para warga terpapar bakteri Campylobacter jejuni melalui konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi.

GBS merupakan sebuah kondisi langka yang menyebabkan sistem imun tubuh menyerang saraf-saraf perifer. Serangan ini dapat memicu terjadinya pelemahan otot, kehilangan sensasi pada tungkai, serta kesulitan menelan dan bernapas.

Sebagian besar pasien GBS mengalami bentuk kelumpuhan yang progresif akibat. Kelumpuhan ini dimulai dari area kaki lalu secara perlahan menjalar ke bagian atas tubuh.

Gejala GBS biasanya bertahan selama beberapa pekan. Sebagian besar pasien bisa kembali pulih tanpa mengalami komplikasi saraf berat dalam jangka panjang. Namun, pada sebagian kasus, GBS bisa berkembang cukup berat dan menjadi fatal.

"GBS berpotensi mengancam jiwa. Pasien GBS perlu dirawat di rumah sakit sehingga mereka bisa dipantau dengan seksama," jelas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti dilansir Metro pada Kamis (27/7/2023).

Beberapa hal yang akan dipantau oleh tim dokter pada pasien GBS adalah napas, detak jantung, serta tekanan darah mereka. Kemungkinan munculnya komplikasi pada pasien GBS juga akan terus dipantau oleh tim dokter. Beberapa risiko komplikasi yang mungkin terjadi adalah detak jantung tak beraturan, infeksi, gumpalan darah, serta tekanan darah tinggi atau rendah.

"Bila kemampuan pasien untuk bernapas terganggu, dia biasanya akan dipasangi alat ventilator," jelas WHO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement