Rabu 26 Jul 2023 10:53 WIB

Soal The 1975, Pengamat: Caper, Mengira Bakal Bantu LGBT Padahal Enggak

Vokalis The 1975 dianggap anak kecil yang sedang mencari perhatian dengan ulahnya.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Vokalis band The 1975 Matty Healy. Aksi amoral The 1975 dianggap sebagai upaya untuk mencari perhatian.
Foto: EPA-EFE/Carlos Ortega
Vokalis band The 1975 Matty Healy. Aksi amoral The 1975 dianggap sebagai upaya untuk mencari perhatian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi ciuman sesama jenis yang dilakukan dua personel band The 1975, yakni Matt Healy (vokalis) dan Ross MacDonald (bas) dikecam banyak pihak. Meski begitu, masih ada orang-orang yang membela band asal Inggris tersebut.

Pihak yang membela berargumen bahwa sudah biasa bagi musisi rock 'n roll melakukan aksi panggung yang tak biasa. Benarkah demikian?

Baca Juga

Jauh sebelum keonaran yang dilakukan The 1975, memang cukup banyak kontroversi yang dilakukan band terkenal. Misalnya The Beatles di mana salah seorang personelnya, yaitu John Lennon pernah mengatakan bahwa band tersebut lebih populer atau besar ketimbang Yesus. 

Pengamat musik Wendy Putranto mengatakan, apa yang dilakukan The Beatles adalah sebuah pernyataan, dalam artian sebagai seniman dengan asas kebebasan bicara di sana, itu bisa saja mereka lakukan.

“Tapi kalau Matty Healy ini caper ya. Dalam artian, dia sebenarnya tidak mengadvokasi isu tentang LGBT, tapi semua itu berputar di bagaimana dia mendapatkan spotlight, bagaimana dia bisa diperhatikan orang, bagaimana band-nya dianggap kontroversial. Jadi bermuara pada publisitas dan ketenaran dari band-nya,” kata Wendi.

Tindakan dan perilaku The 1975 diduga membuat komunitas LGBT yang ada di Malaysia bisa jadi dirugikan. Di Malaysia, dengan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, kehidupan LGBT di sana tidak sebebas di negara-negara Eropa dan Amerika. Aksi amoral Healy dinilai malah membuat komunitas LGBT waswas.

“Jadi menurut saya, memang ini sebenarnya nggak ada urusannya dengan LGBT. Ini hanya anak kecil yang caper, yang cari perhatian, dan dia merasa apa yang dia lakukan membawa perubahan buat komunitas itu tapi sebenarnya nggak,” kata Wendi.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement