Selasa 20 Jun 2023 19:00 WIB

Kepala Harus Diganjal Bantal Saat Tiduran? Waspadai Gejala Gagal Jantung

Pasien gagal jantung cepat lelah dan tidak bertenaga saat beraktivitas.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang wanita mengganjal kepalanya saat tiduran (ilustrasi). Kebiasaan ini merupakan salah satu tanda gagal jantung.
Foto: PxHere
Seorang wanita mengganjal kepalanya saat tiduran (ilustrasi). Kebiasaan ini merupakan salah satu tanda gagal jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gagal jantung merupakan penyakit berbahaya dan mengancam jiwa. Oleh karena itu, Anda harus mengetahui dengan cermat gejalanya.

Salah satunya, kebiasaan di mana Anda harus mengganjal kepala dengan bantal saat tiduran agar tidak terasa sesak napas. Hal itu disampaikan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, subspesialisasi gagal jantung di RS Siloam Kebon Jeruk, dr Leonardo Paskah Suciadi. Lalu apa lagi gejala gagal jantung yang harus diwaspadai?

Baca Juga

Dokter Paskah mengatakan, gejala-gejala gagal jantung antara lain sesak napas yang memberat seiring waktu, terutama setiap beraktivitas atau berbaring terlentang. "Sering kali penderita membutuhkan ganjalan beberapa bantalan kepala saat tiduran agar tidak terasa sesak napas," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (20/6/2023).

Dokter Paskah mengatakan, pasien gagal jantung cepat lelah dan tidak bertenaga saat beraktivitas, bengkak kedua tungkai, perut begah dan membesar, disertai dengan mual dan penurunan nafsu makan. Selain itu, mereka gampang berdebar atau nadi yang cepat, bahkan pingsan, dan batuk-batuk saat tidur malam atau berbaring terlentang.

“Keluhan-keluhan ini terkadang kurang jelas ditemukan pada kasus gagal jantung stadium awal atau pada penderita usia lanjut yang sudah kurang aktif bergerak, sehingga check up rutin pada penderita yang berisiko tinggi sangat dianjurkan untuk dilakukan”, kata peraih gelar dokter spesialis kardiologi dari Universitas Padjadjaran tersebut.

Dokter Paskah menyebutkan beberapa faktor risiko dari kondisi gagal jantung, antara lain penderita dengan penyakit jantung koroner atau riwayat serangan jantung atau tindakan intervensi koroner (pasang stent jantung) atau operasi bedah jantung (bypass), penderita hipertensi kronik, khususnya yang tidak terkontrol. Selain itu, faktor risiko lainnya adalah penderita kencing manis lama atau yang tidak terkontrol, kegemukan, juga penyakit ginjal kronik stadium lanjut.

Mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung usia dini di keluarga juga berisiko alami gagal jantung. "Penderita kanker yang pernah mendapatkan kemoterapi tertentu atau radioterapi, dan penderita yang pernah didiagnosis dengan penyakit jantung katup semisal penyakit jantung rematik saat usia relatif muda juga rentan alami gagal jantung," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement