REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bendera pelangi telah menjadi simbol bagi kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Belum lama ini, lini masa Twitter dihebohkan oleh unggahan foto yang menunjukkan bendera pelangi LGBT terbentang di depan Monas, Jakarta Pusat.
Siapa sebetulnya yang pertama kali menciptakan bendera pelangi dan mengapa akhirnya menjadi simbol komunitas LGBT? Dilansir dari laman History, Kamis (25/5/2023), bendera pelangi awalnya dibuat pada 1978 oleh seniman dan desainer bernama Gilbert Baker.
Baker ditugaskan untuk membuat bendera oleh ikon gay sekaligus politikus bernama Harvey Milk untuk Pride Parade tahunan San Francisco. Ini merupakan ajang kelompok LGBT unjuk diri.
Keputusan tersebut seperti terkesan kebetulan karena gagasan tentang bendera untuk mewakili komunitas gay dan lesbian telah terlintas di benak Baker dua tahun sebelumnya. Seperti yang dikatakan Baker kepada Museum of Modern Art selama wawancara pada 2015, dia terinspirasi oleh perayaan yang menandai peringatan dua abad Amerika pada 1976.
Sebagai seorang drag atau istilah untuk laki-laki yang menyukai berpakaian layaknya wanita, Baker terbiasa membuat pakaiannya sendiri. Kala itu, ia memiliki perlengkapan untuk menjahit simbol yang kini telah menjadi ikon LGBT tersebut.
Awalnya, gambar yang paling umum digunakan untuk gerakan gay adalah segitiga merah muda, sebuah simbol yang digunakan Nazi untuk mengidentifikasi kaum homoseksual. Namun, Baker enggan menggunakan simbol dengan masa lalu yang dinilainya kelam dan menyakitkan.
Baker kemudian memilih menggunakan warna pelangi. Perbedaan warna di dalam bendera dimaksudkan untuk mewakili kebersamaan karena orang-orang LGBT berasal dari semua ras, usia, dan jenis kelamin dan pelangi itu alami dan indah.
Bendera asli menampilkan...