Kamis 25 May 2023 10:20 WIB

Asal-usul Bendera Pelangi Jadi Simbol LGBT

Tiap warna dalam pelangi dianggap memiliki makna tersendiri oleh pembuat bendera.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang wanita mengenakan bendera kebanggaan LGBT di rambutnya di luar stadion sebelum pertandingan grup F kejuaraan sepak bola Euro 2020 antara Jerman dan Hongaria di Allianz Arena di Munich, Jerman, Rabu, 23 Juni 2021.
Foto:

Bendera asli menampilkan delapan warna, masing-masing memiliki arti yang berbeda, dengan sekarang menjadi enam warna. Di bagian atas berwarna hot pink yang melambangkan seks, merah melambangkan kehidupan, jingga melambangkan penyembuhan, kuning melambangkan sinar matahari, hijau melambangkan alam, pirus terkait seni, nila untuk harmoni, dan terakhir ungu tentang semangat.

Dengan bantuan hampir 30 sukarelawan yang bekerja di loteng Pusat Komunitas Gay di San Francisco, bendera tersebut pertama kali dipamerkan di San Francisco's Gay Freedom Day Parade pada 25 Juni 1978. Setelah desain diresmikan, para peserta pawai melambai-lambaikan simbol baru sebagai bentuk solidaritas.

 

Baker kemudian membawa desain tersebut ke Paramount Flag Company, yang menjual versi bendera tanpa hot pink dan pirus, yang diganti dengan warna biru.

Setelah pembunuhan Harvey Milk pada 27 November 1978, permintaan spanduk pelangi semakin meningkat. Popularitas bendera kian melonjak satu dekade kemudian ketika seorang warga Hollywood Barat menggugat pemilik rumah sewaannya atas hak untuk menggantungkan benderanya di luar kediamannya.

Sejak itu, bendera pelangi semakin populer dan sekarang dilihat di seluruh dunia sebagai representasi dari komunitas LGBT. Versi bendera sepanjang satu mil pernah dibuat untuk merayakan hari jadi ke-25 dari dua peristiwa penting, yakni kerusuhan Stonewall dan pembuatan bendera itu sendiri oleh Baker.

Baker meninggal pada 31 Maret 2017 pada usia 65 tahun. Dia berpulang selang dua tahun setelah legalisasi pernikahan sesama jenis di seluruh AS.

photo
LGBTQ - (Tim infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement