Sabtu 20 May 2023 19:27 WIB

Pakai Laptop Kantor, Hindari Lakukan Ini Agar Hal Buruk tak Terjadi

Para pakar IT membeberkan aktivitas yang sebaiknya tak dilakukan di laptop kantor.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang menggunakan laptop dari kantor (ilustrasi). Ada beberapa aktivitas yang sebaiknya tidak dilakukan di laptop kantor.
Foto: www.freepik.com
Seseorang menggunakan laptop dari kantor (ilustrasi). Ada beberapa aktivitas yang sebaiknya tidak dilakukan di laptop kantor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mendapatkan fasilitas komputer atau laptop saat bekerja di sebuah perusahaan. Memang nyaman menggunakan laptop kerja untuk segala hal, tetapi jika berlebihan memakainya untuk urusan pribadi, bisa berujung pada masalah besar.

Konsultan strategis senior di Grup Konsultasi Teknologi Vantage, Jacqueline Pitter, sepakat bahwa laptop adalah alat pendukung produktivitas. Namun, batas antara produktivitas kerja dan urusan pribadi terkadang kabur karena kenyamanan.

Baca Juga

Pria yang berpengalaman di departemen teknik informatika (IT) perusahaan itu menyarankan agar para karyawan tetap mengingat batasan. Pitter dan sejumlah pakar IT membagikan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan di laptop kerja, dikutip dari laman Huffington Post, Sabtu (20/5/2023):

1. Jangan menganggapnya milik sendiri

Para pakar IT tidak pernah lupa bahwa laptop kerja dimiliki oleh pemberi kerja, bukan milik sendiri. "Sangat bijaksana untuk selalu mengingat bahwa laptop kerja tidak pernah benar-benar menjadi milik pribadi. Anda hanya meminjamnya,” kata Pitter.

Namun, tetap menjadi tanggung jawab karyawan untuk merawatnya dengan baik. Sebagai bagian dari tanggung jawab itu, karyawan disarankan tidak mengubah fitur keamanan. Misalnya, tidak mematikan penguncian atau menonaktifkan fitur antivirus.

2. Jangan menyimpan dokumen pribadi

Pitter juga tidak akan pernah menyimpan dokumen pribadi apa pun di laptop kantor, sebab data itu rentan hilang dan aksesnya bisa diblokir oleh perusahaan. Pitter juga menyarankan untuk menghapus semua berkas pribadi, dokumen pajak, kontak, dan foto pribadi dari laptop sebelum berhenti dari pekerjaan.

"Pastikan semua data pribadi yang diakses di laptop kerja juga dicadangkan di ruang penyimpanan cloud pribadi seperti Google Drive atau sejenisnya," ujarnya.

3. Jangan biarkan akses laptop tidak terkunci

Spesialis keamanan siber di platform pemantauan dan manajemen jarak jauh Atera, Aviv Levi, mengingatkan untuk selalu memastikan laptop kerja dalam keadaan terkunci saat ditinggalkan. Itu karena ada banyak informasi sensitif.

"Sebagai seorang profesional keamanan siber, saya memastikan untuk tidak pernah lupa mengunci akses perangkat kerja saya ketika meninggalkan meja saya, bahkan ketika buang air kecil," ujar Levi.

4. Jangan melakukan percakapan pribadi

Pemberi kerja dapat mengawasi dari jarak jauh aktivitas yang diketikkan melalui layanan pesan tertentu. Karena itu, konsultan IT Alex Ramirez punya aturan nomor satu untuk tidak bergosip lewat laptop kerja.

Itu bukan ketakutan yang tak berdasar. Memang ada banyak perusahaan yang menggunakan perangkat lunak pemantauan karyawan untuk mengawasi aktivitas daring karyawan. "Komputer atau laptop kerja umumnya bisa dilacak untuk tujuan keamanan siber," ujar Ramirez.

5. Jangan buat penelusuran Google personal

Mengirim email pribadi, melakukan percakapan messenger instan, atau penelusuran Google yang sifatnya personal sebaiknya tak dilakukan lewat laptop pribadi. Hal itu direkomendasikan oleh kepala praktik profesional privasi di organisasi profesional IT ISACA, Safia Kazi.

"Saya akan menghindari mengatakan atau mencari apa pun di perangkat yang disediakan perusahaan. Tidak semua orang memahami risiko penggunaan perangkat lunak terkait pekerjaan untuk percakapan pribadi," kata Kazi.

6. Jangan mencari konten yang tidak pantas

Kepala petugas keamanan informasi Atera, Oren Elimelech, mengatakan karyawan harus menghindari mengakses konten yang tidak pantas atau menyinggung di laptop kerja milik perusahaan. Jangan pernah mengakses situs web atau konten yang terkait dengan perjudian, pornografi, atau aktivitas ilegal.

"Mengakses konten semacam itu dapat menempatkan individu pada risiko tindakan disipliner, membuat perusahaan memiliki risiko hukum, belum lagi membuat Anda terlihat tidak profesional," kata Elimelech.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement