Selasa 16 May 2023 18:05 WIB

Benarkah Perempuan Kalah di Bidang Sains dan Teknologi Dibandingkan Pria?

Penggunaan telepon seluler dan internet menunjukkan kesenjangan pria dan wanita.

Perempuan saat ini kurang tertarik berkiprah di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).  (ilustrasi)
Foto: www.piqsels.com
Perempuan saat ini kurang tertarik berkiprah di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian Badan Pendidikan PBB (UNESCO) menyebutkan, 50 persen perempuan kurang tertarik berkiprah di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

Benarkah? Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati saat menghadiri acara puncak Kartini Digital pada Selasa di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Baca Juga

Alasannya, kata Bintang, karena kuatnya dominasi laki-laki. Selain itu, 61 persen perempuan mempertimbangkan stereotipe gender saat mencari kerja. Perempuan juga masih tertinggal dalam kesempatan memperoleh dan mengakses informasi.

Mengutip data, kata Bintang, penggunaan telepon seluler dan penggunaan internet menunjukkan adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.

"Kalau kita melihat data BPS, persentase penggunaan internet perempuan pada tahun 2022 sebesar 54,70 persen, sedangkan laki-laki 60,40 persen," ujar dia.

Mengingat hal tersebut, Bintang menegaskan bahwa upaya peningkatan partisipasi dan kepemimpinan perempuan khususnya dalam cyber security bukan hanya menjadi isu ekonomi dan ketenagakerjaan, melainkan juga merupakan isu gender.

Dia pun mengingatkan perlunya kehadiran sistem pendukung (support system) untuk dapat dapat membantu meningkatkan partisipasi perempuan di bidang STEM.

"Tentunya ini semua harus menjadi perhatian serius para perempuan Indonesia yang mengisi setengah dari populasi Indonesia, 49,5 persen adalah perempuan," kata dia.

Dia juga mendorong agar perempuan Indonesia semakin melek digital yang mampu membekali diri sendiri dengan literasi mumpuni sehingga bisa menjadi agen perubahan yang luar biasa. Apalagi, kata Bintang, jelang memasuki pesta demokrasi Indonesia pada tahun depan.

Bintang menegaskan bahwa perempuan, yang merupakan pemilih terbesar, juga harus mampu menyaring informasi dan mencari keabsahan data menggunakan perangkat digital sehingga diharapkan dapat menjadi pemilih yang cerdas.

"Mereka menggunakan perangkat digital untuk menyebarkan informasi yang positif dan bermanfaat. Artinya, para perempuan-perempuan ini yang menjadi pemilih nantinya kami harapkan bisa menyebarkan informasi yang positif dan bermanfaat," kata Bintang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement