Selasa 09 May 2023 06:13 WIB

Dentistry 2.0 Libatkan Artificial Intelligence dalam Deteksi Gejala dan Perawatan Gigi

Dentistry 2.0 merupakan praktik dokter gigi dengan bantuan teknologi.

Perawatan untuk merapikan gigi (ilustrasi).
Foto: Istimewa
Perawatan untuk merapikan gigi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi kesehatan dokter gigi spesialis Prostodonsia, drgWihan Pradana, SpPros(K), mengatakan, Dentistry 2.0 (praktik dokter gigi dengan bantuan teknologi) turut melibatkan kecerdasan buatan (AI) dalam praktik pelaksanaannya. "Kita sudah menerapkan AI dan merupakan satu sistem," katanya ketika ditanya soal penerapan AI dalam acara diskusi mengenai Dentistry 2.0 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Wihan menjelaskan, di dalam beberapa aplikasi yang sudah dikembangkan, terdapat beberapa dokter sudah memanfaatkan AI berupa jenis penyakit gigi yang langsung diketahui AI setelah memasukkan gejala yang dialami pasien meskipun aplikasi tersebut masih dalam pengembangan. Salah satu contohnya adalah penerapan Digital Smile Design yang sudah banyak dilakukan di luar negeri, kata dia.

Baca Juga

Digital Smile Design adalah prosedur perawatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk menunjukkan hasil perawatan gigi secara visual. "Pasien yang ingin memperbaiki kondisi mulutnya akan dipindai dan difoto rongga dan keadaan mulutnya, kemudian diolah dengan AI," ujarnya.

Kemudian, AI akan memproses gambar yang diambil dan akan keluar wajah pasien dengan senyum yang baru yang kemudian diaplikasikan di rongga mulut pasien, sambungnya. Dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito, Yogyakarta ini mengatakan, di Indonesia baru sedikit dokter yang memakai aplikasi tersebut karena merupakan teknologi baru dan biaya investasi yang dikeluarkan cukup mahal. Selain itu, bentuk keterlibatan AI dalam Dentistry 2.0 adalah dengan adanya penggunaan aligner (alat medis berbahan plastik bening yang digunakan untuk merapikan gigi yang berantakan) yang kian menggeser kawat gigi.

"Bentuk gigi pasien dicetak, kemudian akan dibuatkan aligner khusus dan perkembangannya dipantau menggunakan AI, sehingga praktik penggunaannya lebih akurat dan sesuai harapan," ucapnya.

Wihan mengatakan, saat ini juga sudah berkembang teknologi stem cell pada gigi yaitu dengan menanamkan gigi baru ke bagian gigi yang sudah hilang sehingga pasien tidak perlu menggunakan gigi palsu melainkan gigi asli yang ditanamkan. Wihan berharap kemajuan teknologi di bidang kedokteran gigi akan optimal sehingga penggunaannya dapat dimaksimalkan semua pihak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement