Rabu 03 May 2023 21:59 WIB

Kesepian dan Isolasi Sosial Picu Penyakit Jantung Koroner dan Strok

Mengatasi kesepian dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Lansia sedang duduk sendirian sambil memegang gelas minuman. (ilustrasi). Mengatasi kesepian dan isolasi sosial dapat menjadi upaya untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan strok.
Foto: www.freepik.com.
Lansia sedang duduk sendirian sambil memegang gelas minuman. (ilustrasi). Mengatasi kesepian dan isolasi sosial dapat menjadi upaya untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan strok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Strok terjadi ketika suplai darah ke otak tiba-tiba terputus. Beberapa faktor dapat memengaruhi risiko Anda mengalami strok, salah satunya ialah kesepian dan isolasi sosial.

"Kami menemukan hubungan antara hubungan sosial yang buruk dan kejadian penyakit kardiovaskular (CVD) yang ukurannya sebanding dengan faktor risiko psikososial lain yang diketahui, seperti kecemasan dan tekanan pekerjaan," ujar tim peneliti dari York University, dikutip dari laman Express, Senin (3/5/2023).

Baca Juga

Temuan itu menunjukkan bahwa mengatasi kesepian dan isolasi sosial dapat menjadi upaya untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan strok. Kesimpulan tersebut telah dipublikasikan di British Medical Journal

"Temuan kami menunjukkan bahwa kekurangan dalam hubungan sosial dikaitkan dengan peningkatan risiko PJK dan strok," ungkap studi tersebut.

Studi di masa depan diperlukan untuk menyelidiki apakah intervensi yang menargetkan kesepian dan isolasi sosial dapat membantu mencegah dua penyebab utama kematian dan kecacatan di negara-negara berpenghasilan tinggi. Mengenai alasan isolasi sosial dan kesepian berdampak pada risiko strok, tim tidak dapat mengatakannya.

Akan tetapi, penelitian mereka menunjukkan pentingnya relasi sosial dengan kesehatan jantung. Ini terjadi pada saat tahun ketika lebih banyak orang akan merasakan tekanan berkat kondisi yang akronimnya, hampir tepat, disebut Seasonal Affective Disorder (SAD).

Kondisi ini merupakan jenis depresi dimana emosi pasien datang dan pergi dalam pola musiman. Juga disebut sebagai depresi musim dingin, dinamakan demikian karena gejalanya seringkali lebih buruk di musim dingin, ketika siang yang pendek dan malam yang panjang. Selain itu, cuaca yang sering terik membuat kondisinya semakin buruk.

Gejala utama SAD adalah suasana hati yang buruk, hilangnya kesenangan atau minat pada aktivitas normal, mudah tersinggung, perasaan putus asa, merasa lesu dan mengantuk di siang hari. Gejala lainnya tidur lebih lama dari biasanya, sulit bangun pagi hari, mengidam karbohidrat dan menambah berat badan, sulit berkonsentrasi serta berkurangnya gairah seks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement