Kamis 13 Apr 2023 20:37 WIB

Cegah Perundungan Anak, KPAI: Penting untuk Ubah Kultur dan Pola Pikir Masyarakat

KPAI mengingatkan agar anak mendapatkan pengasuhan yang baik di lingkungan keluarga.

Pelajar membawa poster dalam kampanye gerakan antiperundungan (bullying) (ilustrasi). Orang tua da sekolah harus bekerja sama untuk mencegah perundungan.
Foto: Antara/Moch Asim
Pelajar membawa poster dalam kampanye gerakan antiperundungan (bullying) (ilustrasi). Orang tua da sekolah harus bekerja sama untuk mencegah perundungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong penguatan pola pengasuhan yang baik di lingkungan keluarga dan pendidikan agar ramah anak demi mencegah timbulnya perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Anggota KPAI Aris Adi Leksono mengatakan sangat penting untuk mengubah kultur dan pola pikir masyarakat agar keluar dari ekosistem yang menyebabkan pola asuh menjadi tidak kondusif.

"Orang dari daerah ke Jakarta itu sebagian besar datang motivasinya untuk ekonomi. Akibatnya, ketika menyekolahkan anaknya mereka merasa cukup mengantar sekali saat penerimaan peserta didik baru dan mengambil rapor," kata Aris di Jakarta, Kamis (13/4/2023).

Baca Juga

Aris menyampaikan hal tersebut saat menerima rombongan dari Sekretariat DPRD Provinsi Bali bersama para awak media yang tergabung dalam Forum Wartawan DPRD (Forward) Provinsi Bali. Kunjungan ini merupakan rangkaian agenda studi tiru bertajuk Peran dan Penguatan Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Perlindungan Anak serta Provinsi Layak Anak.

Selain itu, menurut Aris, di sejumlah sekolah juga masih kerap terjadi kekerasan pada anak berupa perundungan (bullying). Ia menyebut, salah satu penyebabnya karena persoalan ekonomi sehingga orang tua menjadi kekurangan waktu untuk mendidik dan memberi pengasuhan yang baik pada buah hatinya.

Aris mencontohkan ketika orang tua tidak sempat untuk mengantar jemput anaknya ke sekolah karena sibuk mencari nafkah, maka interaksi dengan pihak guru untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah akan menjadi sangat minim. Alhasil, ketika ada kasus kekerasan maupun bullying di sekolah malah cenderung menyalahkan.

"Padahalm mestinya ada interaksi intensif agar pendidikan bisa berjalan dengan baik jika ada keterlibatan orang tua dan masyarakat," ucapnya.

Aris juga mengingatkan pentingnya pola pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga maupun sekolah yang jauh dari unsur kekerasan. Guru, menurut Aris, juga menjadi sarana untuk pola asuh alternatif setelah keluarga. Oleh karena itu, paradigma seorang guru haruslah menjadi fasilitator dan pembimbing bagi peserta didiknya.

"Kami selalu mendorong penyelesaian kekerasan dalam lingkungan pendidikan dengan adanya sekolah ramah anak, kemudian penguatan pendidikan karakter dengan pembelajaran," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement