Selasa 14 Mar 2023 08:53 WIB

Fitness dan Gym tanpa Personal Trainer? Ini Pendapat Ahli

Personal trainer akan memberikan dosis latihan tepat dan pemahaman risiko cedera

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga berolahraga angkat beban di Health & Strength League (HS) Fitness, Jalan Pagarsih, Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Bagi pemula, biasanya akan direkomendasikan menggunakan Personal Trainer (PT) untuk awal latihan. Namun harga pendampingan PT yang mahal membuat banyak orang akhirnya memilih untuk melakukan fitness sendiri.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Warga berolahraga angkat beban di Health & Strength League (HS) Fitness, Jalan Pagarsih, Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Bagi pemula, biasanya akan direkomendasikan menggunakan Personal Trainer (PT) untuk awal latihan. Namun harga pendampingan PT yang mahal membuat banyak orang akhirnya memilih untuk melakukan fitness sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG --  Olahraga fitness dan gym menjadi primadona belakangan ini. Selain bermanfaat untuk kesehatan, olahraga satu ini banyak diminati karena memberikan hasil yang siginifikan dalam membentuk tubuh.

Bagi pemula, biasanya akan direkomendasikan menggunakan Personal Trainer (PT) untuk awal latihan. Namun harga pendampingan PT yang mahal membuat banyak orang akhirnya memilih untuk melakukan fitness sendiri. 

Baca Juga

Kaprodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dimas Sondang Irawan meyampaikan, hal ini tidak disarankan. Fitness dan gym memang memerlukan trainer untuk mengurangi kemungkinan cedera. 

Adapun fitness dan gym berbeda. Gym merupakan latihan menggunakan beban, sementara fitness lebih pada kebugaran yang dapat dilakukan tanpa beban. Walau ada perbedaan signifikan antara keduanya, tetap saja fitness membutuhkan PT terutama bagi pemula.

Menurut dia, PT dapat membantu untuk memberikan pemahaman mengenai manfaat dan tujuan. Kemudian juga pemberian dosis latihan dan risiko cedera yang kemungkinan terjadi. 

"Pun dengan penanganan awal jika sewaktu-waktu terkena cedera,” jelasnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.

Salah satu resiko cedera yang terjadi bagi pemula fitness dan gym tanpa PT adalah delayed onset muscle soreness (DOMS). Hal ini berarti munculnya rasa nyeri setelah melakukan latihan. Ini biasanya terjadi 12 hingga 24 jam setelah berolahraga. 

Resiko cedera tersebut rentan terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai repetisi dan beban sesuai batas kemampuan. Apalagi biasanya pemula tidak sabar untuk bisa segera mendapatkan tubuh yang ideal hingga akhirnya memaksakan diri.

Menurut dia, fitness sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun dengan rentan usia berapapun. Bahkan, lebih baik sudah dilakukan sejak masih kanak-kanak.  "Seperti yang kita ketahui, anak-anak sekarang lekat dengan teknologi yang membuat aktivitas fisiknya berkurang drastis,” kata Dimas.

Hal yang sama juga terjadi pada orang dewasa. Banyak masyarakat yang merasa telah cukup berolahraga lantaran aktivitas fisiknya tinggi. Namun persepsi tersebut tidak benar karena tubuh manusia membutuhkan maintenance yang jelas dan fitness memberikannya dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement