REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di setiap sekolah, ada saja anak yang bermasalah, seperti anak di Jawa Barat yang tak ada kapoknya merokok di kelas dan pelajar Kalimantan Timur yang membawa parang untuk mengancam gurunya. Lalu, bagaimana cara mengatasi anak bermasalah seperti ini?
1. Peran sekolah
Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengatakan untuk mengatasi anak bermasalah, yang pertama dilakukan adalah memastikan anak sudah tahu aturan-aturan di sekolah. Jika belum tahu, sekolah harus mengedukasi anak.
Selain itu, sekolah, melalui guru bimbingan konseling (BK) dapat melakukan pendekatan ke anak dan mencari tahu mengapa anak melakukan hal itu. Guru perlu mengedukasi anak, membimbing, menegaskan konsekuensi yang akan diperoleh jika melanggar, dan membuat kesepakatan bersama anak untuk mematuhi aturan.
Pastikan juga bahwa sekolah sudah membuat aturan dan sanksi jika melanggar. Buat secara tertulis, sosialisasikan ke anak anak, dan terapkan dengan konsisten.
"Jika anak melanggar kesepakatan maka konsekuensi harus dijalankan dengan tegas dan konsisten," kata Nuzulia kepada Republika.co.id, Sabtu (4/3/2023).
2. Peran teman
Sementara itu, teman juga bisa mengingatkan anak jika mereka mulai melakukan hal negatif. Jika memang akrab, temannya dapat mengingatkan dan mengajak kepada hal-hal atau aktivitas yang baik.
Bagaimana jika bukan teman dekat? Nuzulia menyebut anak boleh hanya sekadar berteman biasa atau menjauh.
"Karena jika kondisi anak tidak kuat, mencoba memaksakan diri berteman dengan anak-anak seperti ini malah dapat memberi pengaruh buruk," ujar perempuan yang akrab disapa Lia ini.
3. Peran orang tua
Lia mengatakan untuk menghindari anak tidak membuat masalah disekolah, orang tua harus mengusahakan agar anak tidak dalam kondisi BLAST, yakni bored (bosan), lonely (kesepian), angry (marah), stres, dan tired (letih, muak).
Ketika anak dalam kondisi BLAST, nasihat orang tua tidak akan diterima anak. Nasihat hanya akan masuk ke dalam hati dan pikiran anak jika telah tercipta hubungan baik dengan orang tuanya.
"Maka hal pertama yang perlu dilakukan orang tua adalah bangun attachment (kelekatan) dengan anak," jelas Lia.