REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengetahui golongan darah sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan. Salah satunya, mengetahui risiko gangguan kesehatan yang mungkin diidap.
Golongan darah ditentukan oleh ada tidaknya zat tertentu, yang disebut antigen. Terdapat empat golongan darah utama yang dikenal meluas yakni A, B, O, dan AB. Ada pula protein yang disebut faktor Rh, yang bisa ada (+) atau tidak ada (-). Artinya, ada delapan subtipe darah: A+, A-, B+, B-, O+, O-, AB+, AB-.
Nyatanya, tidak semua orang mengetahui golongan darahnya sendiri. Menurut survei yang diterbitkan tahun ini oleh perusahaan laboratorium Quest, warga Amerika lebih banyak yang mengetahui tanda horoskop (66 persen) daripada golongan darah (51 persen).
Ahli paru di Memorial Hermann Health System di Houston, Robert Salazar, menyarankan setiap orang mengetahui golongan darahnya. “Kami sering memikirkan golongan darah ketika berpikir tentang transfusi. Padahal, itu juga bisa mengarah ke individualisasi obat dan nasihat medis,” kata Salazar.
Berdasarkan studi, orang dengan golongan darah tertentu punya kecenderungan risiko kesehatan. Misalnya, orang dengan golongan darah A dan B punya risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah, serangan jantung, dan strok.
Risiko pada orang dengan golongan darah AB termasuk strok dan peradangan. Untuk pemilik golongan darah O, punya risiko lebih rendah mengalami trombosis, pembekuan darah, serangan jantung, dan strok. Orang dengan golongan darah O juga merupakan pendonor universal dan dapat menyumbangkan darah kepada golongan darah lain.
Informasi medis terkait risiko kesehatan itu sudah terbukti lewat sejumlah studi. Terkait pembekuan darah, terungkap pada studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology.
Studi yang mengamati lebih dari 400 ribu orang itu menemukan bahwa orang dengan golongan darah A dan B tercatat 50 persen lebih mungkin mengembangkan pembekuan darah di kaki yang disebut trombosis vena dalam. Sebanyak 47 persen juga lebih mungkin mengembangkan emboli paru, daripada orang dengan golongan darah O.
Orang dengan golongan darah A dan B pun diketahui delapan persen lebih mungkin mengalami serangan jantung dan 10 persen lebih mungkin mengalami gagal jantung daripada golongan darah O. Ada banyak kemungkinan alasan mengapa hal itu terjadi.
Ahli hematologi di University of Vermont Medical Center sekaligus profesor kedokteran dan patologi di Larner College of Medicine di UVM di Burlington, Mary Cushman, mengaitkannya dengan enzim. Tepatnya, enzim yang mengontrol golongan darah dan memodifikasi protein yang penting dalam pembentukan bekuan darah.
"Modifikasi protein berbeda pada golongan darah yang berlainan. Jadi, orang dengan golongan darah O rata-rata memiliki kadar faktor terendah dan risiko pembekuan abnormal terendah. Tipe AB memiliki tingkat tertinggi dan, dalam beberapa penelitian, risiko penggumpalan darah tertinggi," ujar Cushman.
Kemungkinan lain yakni adanya perbedaan dalam trombosit, fragmen sel kecil dalam darah yang membentuk gumpalan. Hal itu disampaikan Joshua Beckman, ahli jantung di UT Southwestern Medical Center. Menurut Beckman, itu mungkin membuat seseorang lebih rentan terhadap pembekuan.
Terkini, para ilmuwan sedang mempelajari bagaimana golongan darah dapat memengaruhi risiko terinfeksi virus Covid-19. Sebelumnya, studi telah mengaitkan golongan darah O dengan kemungkinan lebih rendah terkena penyakit serius akibat kolera, dan mungkin memberikan perlindungan dari malaria berat.
Akan tetapi, tak boleh lengah dan merasa aman jika memiliki golongan darah yang kurang berisiko terhadap penyakit tertentu. Terlepas dari apa golongan darahnya, setiap orang harus tetap menerapkan gaya hidup sehat, dikutip dari laman AARP, Rabu (22/2/2023).