REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini kasus campak kembali tinggi angkanya dibeberapa daerah. Hal ini ditenggarai karena Covid-19 yang menyerang Indonesia. Apa kaitan antara keduanya?
Dokter sesialis ilmu kesehatan anak subspesialis kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis RS Pondok Indah-Pondok Indah, Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, selama ini masyarakat terlalu sibuk dengan Covid-19 dan menganggap penyakit campak sudah reda. Padahal virus campak tetap beredar di seluruh dunia.
"Saat lengah, kita fokus hanya salah satu virus, virus yang lain bergerak. Setelah virus Covid mereda, virus lain naik lagi. Karena daya tahan tubuh anak-anak kita rendah dan cakupan imunisasi yang rendah setelah virus Covid-19," jelasnya dalam Zoom Interview, Jumat (27/1/2023).
Prof Hinky mengatakan karena kewaspadaan kita berkurang, penyakit ini kembali merajalela. "Jangan dianggap enteng, penyakit ini berbahaya, harus segera ditangani, dan juga sangat menular," ujarnya.
Menurut Prof Hinky, ini adalah signal pertanda dari Yang Maha Kuasa. Kalau kita lengah, dengan mudahnya penyakit muncul kembali dan menyerang anak-anak.
"Covid-19 segala pikiran daya dan tenaga perasaan diprioritaskan pada Covid-19. Takut banget pas Covid, kita lupa lengah, sehingga cakupan semua jenis vaksinasi terbengkalai," ujarnya.
Kasus campak tahun 2017 dan 2018 mulai menurun. Namun, kelahiran bayi lahir terus menerus dan jumlahnya banyak. Kalau cakupan vaksinasi menurun maka timbul masalah bagi yang tidak kebal, sementara virus beredar terus.
"Anak-anak yang tidak kebal tuai dampaknya saat ini. Itu akumulasi dari cakupan imuniasi tidak tercapai selama Covid-19, akhirnya jadi outbreak," ungkapnya.
Prof Hinky menegaskan agar masyarakat tidak lengah dan perlu waspada virus-virus penyakit akan kembali. "Jangan gembira Covid-19 terkendali dan mereda. Penyakit lain jadi maslaah baru. Jadi lakukan imuniasi. Karena sangat menular, maka cakupan imunisasinya harus 95 persen baru tidak ada sumber penularan," ujarnya mengingatkan.