REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) merupakan jenis obat antidepresan yang aman dan sangat umum digunakan. Namun, penggunaan SSRI juga dapat memunculkan risiko efek samping berupa emotional blunting.
Emotional blunting dikenal juga sebagai kondisi emosi yang tumpul. Orang dengan masalah emotional blunting tak bisa merasakan emosi negatif atau positif, tak terhubung, atau kurang memiliki respons emosional.
Kaitan antara penggunaan SSRI dan emotional blunting diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Neuropsychopharmacology. Studi ini melibatkan 66 orang partisipan yang terdiagnosis dengan depresi.
Sebanyak 32 partisipan diberikan obat SSRI bernama escitalopram, sedangkan sisanya diberikan plasebo. Sekitar 21 hari kemudian, seluruh partisipan diminta untuk mengisi kuesioner komprehensif. Para partisipan juga diminta menjalani serangkaian tes untuk menilai beragam fungsi kognitif mereka, seperti kemampuan belajar, membuat keputusan hingga perilaku reinforcement.
Hasil studi mengindikasikan bahwa penggunaan obat escitalopram dapat mempengaruhi sensitivitas pasien terhadap reward atau penghargaan. Selain itu, penggunaan escitalopram juga tampak mempengaruhi kemampuan pasien untuk memberikan respons yang tepat.
Penurunan sensitivitas terhadap reward ini bisa berujung pada munculnya ketumpulan emosional. Hal ini sejalan dengan cukup banyaknya laporan mengenai keluhan emotional blunting dari pasien-pasien yang menggunakan SSRI. Mereka merasa emosinya tumpul dan tak mampu merespons sesuatu dengan rasa gembira yang sama seperti sebelumnya.
"Emotional blunting adalah efek samping yang umum dari antidepresan SSRI," jelas ketua tim peneliti Prof Barbara Sahakian dari departemen ilmu kejiwaan di University of Cambridge, seperti dilansir Independent, baru-baru ini.
Menurut Prof Sahakian, efek ini mungkin muncul karena cara kerja obat SSRI. Prof Sahakian mengatakan, obat ini dapat membantu mengurangi sakit emosional pada orang-orang yang depresi. Namun di saat yang sama, proses tersebut juga turut mengurangi kesenangan pasien.
"Dari studi ini, kita bisa melihat bahwa (berkurangnya kegembiraan) terjadi karena mereka menjadi kurang sensitif terhadap reward, ini memberikan masukan yang sangat penting," lanjut Prof Sahakian.
Terlepas dari temuan terbaru ini, pasien depresi yang sedang mengonsumsi obat SSRI diminta untuk tak berhenti begitu saja. Studi terbaru ini memang memberikan informasi baru yang menarik, namun tidak mengubah fakta bahwa penggunaan obat antidepresan bisa membantu pasien depresi.
Selain itu, Prof Carmine Pariante yang tak terlibat dalam studi mengungkapkan bahwa orang-orang dengan depresi pada dasarnya kesulitan untuk merasakan emosi positif seperti rasa bahagia. Oleh karena itu, sulit untuk menyimpulkan apakah kemunculan emotional blunting berkaitan dengan depresi atau penggunaan SSRI.
"Kami tak merekomendasikan siapa pun untuk berhenti menggunakan antidepresan hanya karena studi ini," ujar Prof Pariante.