Jumat 13 Jan 2023 12:22 WIB

Kunci Hidup Bahagia, Peneliti: Hal Sederhana tapi tak Semua Orang Bisa Melakukannya

Apa kunci bahagia yang dimaksud?

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Kunci hidup bahagia. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kunci hidup bahagia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Sebuah studi tentang kebahagiaan menemukan kunci sederhana untuk hidup bahagia. Ironisnya, meski itu adalah hal sederhana, namun banyak orang kesulitan untuk melakukannya.

Apa kunci hidup bahagia yang dimaksud? Kunci hidup bahagia yang dimaksud adalah memiliki hubungan baik dengan orang lain.

Baca Juga

"Kita meremehkan dampak baik dari hubungan antarmanusia," ujar para direktur Harvard Study of Adult Development dalam buku mereka The Good Life: Lessons from the World's Longest Scientific Study of Happiness, seperti dilansir Insider, baru-baru ini.

Kaitan antara hidup bahagia dan memiliki hubungan baik dengan orang lain ini diungkapkan oleh sebuah studi yang berlangsung selama 85 tahun. Menurut studi tersebut, hubungan baik dengan orang lain tersebut perlu disertai dengan terjalinnya kontak yang sering dan berkualitas.

"Kita memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan membantu, dan kita akan berkembang bila kita memberikan koneksi dan dukungan yang sama kepada orang lain," jelas tim peneliti.

Menurut tim peneliti, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain tak hanya membawa manfaat secara emosional semata. Studi menunjukkan, hubungan yang baik juga dapat membuat orang-orang hidup lebih lama dan lebih terbebas dari rasa sakit.

Untuk bisa menjalin hubungan baik dengan orang lain, ada lima hal yang bisa dilakukan. Berikut ini adalah kelima hal yang direkomendasikan oleh para ahli tersebut:

1. Bicara mengenai kesulitan yang dilalui

Coba untuk terbuka kepada orang lain bila sedang melalui sebuah kesulitan dalam hidup. Kesulitan ini bisa berupa apa saja, termasuk masalah kesehatan yang sedang dirasakan.

"Saya menua, ketika saya bersama teman sebaya, kami bicara banyak mengenai kesehatan kami, dan saya tidak menyensornya," ujar Harvard Study Director dan penulis, Dr Robert Waldinger.

2. Memahami orang lain

Setiap orang ingin dimengerti dan diperhatikan. Oleh karena itu, sikap ingin tahu mengenai teman, keluarga, atau kerabat lain bisa sangat membantu membangun hubungan yang dekat.

"Kita harus mengizinkan diri kita untuk tertarik mengenai apa yang disukai orang lain," ujar Waldinger.

Sebagai contoh, Waldinger mengatakan anak remajanya sangat menyukai manga dan novel grafis. Secara pribadi, Waldinger tidak menyukai keduanya. Akan tetapi, dia mengenyampingkan preferensinya dan mencoba mencari tahu apa yang membuat anaknya tertarik terhadap kedua buku komik tersebut.

"Yang menurut saya keren adalah manga memiliki tema-temanya sendiri, tema yang membuat anak saya benar-benar tertarik adalah mengenai identitas dan semacamnya," kata dia.

3. Luangkan waktu berkualitas

Saat sedang bersama orang lain, coba untuk tidak membagi fokus dengan hal-hal lain. Memberikan fokus yang penuh saat berinteraksi dengan orang lain merupakan sebuah bentuk hormat kepada orang tersebut.

4. Kenali hubungan yang diinginkan

Tak ada satu cara yang bisa berlaku untuk semuanya. Begitu pula dalam hal membangun sebuah hubungan baik. Waldinger mengatakan, memelihara hubungan sosial merupakan sebuah proses seumur hidup yang membutuhkan kemampuan refleksi diri, mengenali diri, dan mengetahui apa yang diinginkan oleh diri sendiri.

Salah satu tips yang direkomendasikan oleh Waldinger dan rekannya adalah membuat sebuah daftar mengenai hubungan-hubungan sosial yang dianggap paling penting dalam hidup. Daftar ini bisa memuat siapa saja, mulai dari anggota keluarga, teman, hingga rekan kerja.

Selanjutnya, coba pikirkan mengenai kualitas dan frekuensi interaksi yang terjalin dengan orang-orang tersebut. Dari daftar ini akan terlihat hubungan mana saja yang tampak mulai merenggang dan mungkin perlu diperbaiki dan hubungan mana yang perlu semakin dipererat.

5. Jalin hubungan dengan cara sederhana

Ada banyak upaya sederhana yang bisa dilakukan agar tetap terhubung dengan orang lain. Sebagai contoh, mengajak orang lain untuk ngopi bersama atau berjalan kaki bersama. Sebagian orang mungkin menolak ajakan ini, dan itu tidak masalah. Tak semua orang akan memberi tanggapan positif.

"Namun akan ada banyak yang akan (memberi tanggapan positif)," ujar Waldinger.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement