Vera memaklumi jika permainan itu menjadi tren, sebab setiap manusia punya kecenderungan ingin menjadi bagian dari kelompok. Ketika ada kegiatan bermain lato-lato yang lucu, murah meriah, bisa dimainkan di manapun, menyenangkan, dan banyak yang memainkan, maka banyak orang serta-merta juga ingin main.
Dengan ikut memainkan lato-lato, seseorang merasa jadi bagian dari grup, serta merasa dirinya kekinian. Menurut Vera, itu membantu penghayatan individu bahwa seseorang bisa hidup dalam harmoni dengan orang lain. Bagi Vera, itu penting, dan tidak ada yang salah dengan viralnya lato-lato.
"Baru jadi masalah kalau lato-lato sebagai kegiatan bermain tidak dilakukan dalam setting atau waktu tepat. Namanya kegiatan bermain, sebetulnya setting-nya harus pada waktu bermain, saat istirahat, atau waktu senggang," ungkap Vera.
Psikolog yang praktik mandiri di Wisma 46 tersebut menjelaskan, anak-anak memang punya hak bermain. Bahkan, itu sudah diatur dalam konvensi hak-hak anak yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hanya saja, ada aturan dalam melakukan kegiatan bermain.