Juru bicara nasional Academy of Nutrition and Dietetics, Emma Laing, berpendapat penelitian yang digagas Khan kuat dari sudut pandang ilmiah, namun butuh lebih banyak penelitian lanjutan. Data dari penelitian tunggal tidak bisa menjamin adanya perubahan dalam rekomendasi konsumsi madu, terutama mengenai klaim dampaknya terhadap kontrol glikemik dan kadar lipid.
Laing mencatat, hasil kesehatan yang menguntungkan tidak berpusat pada asupan satu makanan saja, seperti madu. Kondisi kesehatan prima terkait dengan pola diet yang holistik.
Misalnya, seseorang perlu rutin mengonsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, produk susu rendah lemak atau tanpa lemak, daging tanpa lemak dan unggas, makanan laut, dan minyak sayur tak jenuh. Perubahan pola makan pun sebaiknya dikonsultasikan dengan profesional medis.
Direktur dietetika di University of Georgia itu mengingatkan pula bahwa beberapa orang mungkin memiliki reaksi alergi terhadap komponen tertentu dalam madu. Madu pun dinyatakan tidak aman untuk bayi di bawah usia 12 bulan.
"Madu disebut-sebut sebagai 'lebih sehat' dalam beberapa nutrisi, namun, gula mungkin lebih disukai berdasarkan rasa dan keterjangkauan," ungkap Laing, dikutip dari laman Fox News, Senin (9/1/2023).