REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Serial K-drama baru Song Hye-kyo “The Glory” memiliki peringkat usia 19+. Penulis naskah Kim Eun-sook menjelaskan ada beberapa alasan proyek “The Glory” memiliki rating usia yang tinggi.
“Alasan kami menjadikannya 19+ adalah karena ada pelecehan verbal dan kisah kekerasan di sekolah yang ekstrem, tetapi juga karena ini adalah kisah tentang memilih balas dendam pribadi, dan bukan balas dendam dalam sistem peradilan,” kata Kim dilansir Soompi, Kamis (22/12/2022).
Penulis naskah K-drama “Crash Landing On You” (2019) dan Vincenzo” (2021) itu menjelaskan bahwa tim produksi tidak berada dalam posisi mendukung aksi balas dendam pribadi. Karena itu, Kim mengatakan tim produksi menganggap kisah aksi balas dendam karakter Dong-eun (Song Hye-kyo) harus mendapat rating usia 19+.
“Saya percaya bahwa orang dewasa yang dapat menilai dengan baik harus menonton proyek ini,” ujar penulis naskah “Descendants of the Sun” (2016) dan “Sweet Home” (2020) itu.
“The Glory” dibintangi Song Hye-kyo, Lee Do-hyun, Lim Ji-yeon, Yeom Hye-ran, Park Sung-hoon, Jung Sung-il. K-drama yang disutradarai Ahn Gil-ho ini bercerita tentang mantan korban kekerasan brutal di sekolah yang bersumpah akan membalas dendam pada para pengganggu setelah menjadi wali kelas sekolah dasar dari anak pengganggunya. Song Hye-kyo berperan sebagai protagonis pendendam Moon Dong-eun, sementara Lee Do-hyun berperan sebagai pemeran utama pria yang rumit Joo Yeojung.
Kim Eun-sook menjelaskan ide K-drama “The Glory” ini berasal dari pertanyaan anak perempuannya tentang kekerasan di sekolah. Kim mendapat pertanyaan dari anaknya tentang mana tindakan yang lebih menyayat hatinya, apakah melihat anaknya dipukuli sampai meninggal, atau anaknya memukuli orang sampai meninggal?
“Dalam waktu singkat, saya memiliki banyak ide jadi saya menyalakan komputer saya. Begitulah (drama) dimulai,” kata Kim.
Saat memutuskan judul, Kim mengatakan membaca banyak unggahan para korban kekerasan di sekolah yang biasanya meminta permintaan maaf tulus daripada kompensasi yang sebenarnya. “Di dunia yang sulit ini, saya bertanya-tanya apa yang bisa didapat dari permintaan maaf yang tulus. Di saat kekerasan, Anda kehilangan hal-hal yang tidak dapat Anda lihat, seperti martabat, kehormatan, dan kemuliaan,” tutur Kim.