Rabu 21 Dec 2022 21:18 WIB

Pakar: Tren Kasus Covid-19 di Indonesia Membaik dalam Tiga Pekan Terakhir

Semua indikator Covid-19 di Indonesia membaik dalam tiga pekan terakhir.

Tenaga Kesehatan melakukan tes Covid-19 kepada warga di Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Tenaga Kesehatan melakukan tes Covid-19 kepada warga di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinolog Dirga Sakti Rambe menyatakan, jika tren kasus dari tiap indikator yang berkaitan dengan penanganan COVID-19 menunjukkan perbaikan dalam kurun waktu tiga pekan terakhir. "Kalau kita lihat datanya, angka Covid ini memang dalam tiga pekan terakhir itu, semua indikatornya membaik. Baik jumlah kasus, keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR), keterisian ICU sampai kematian itu alhamdulillah menurun dalam tiga pekan terakhir," kata Dirga dalam Virtual Class: Kasus COVID-19 Terus Terkendali yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Dirga mengatakan, pemantauan baik tersebut akhirnya seiring dengan rencana Presiden RI Joko Widodo yang mencanangkan bila akhir tahun 2022 nanti, pemerintah akan mencabut aturan PPKM dalam artian menyongsong Indonesia memasuki endemi. Meski tren terus mengalami perbaikan, Dirga mengingatkan semua pihak untuk terus waspada karena pandemi COVID-19 belum usai. Seharusnya, perbaikan situasi dijadikan pembelajaran masyarakat untuk melindungi orang-orang yang masih rentan terhadap penularan seperti lansia, orang yang belum melakukan vaksinasi atau mendapatkan dosis lengkap dan penderita komorbid atau penyakit penyerta.

Baca Juga

"Buat sebagian besar orang dewasa yang muda, sehat, tidak ada komorbid, akan lebih siap memasuki endemi. Tapi bagi mereka yang komorbid ini mesti waspada, hati-hati sekali,' katanya.

Dirga melanjutkan bahwa justru pada masa landailah pemberian vaksin harus diperkuat. Sebab, dalam banyak penelitian, antibodi terbukti berkurang lewat dari tiga sampai enam bulan. Pada rentang waktu itu juga, dapat dipastikan kasus COVID-19 akan kembali mengalami gelombang puncak berikutnya.

"Katakan gelombang kita sekarang sudah turun, kita harus waspada pada bulan-bulan Februari, Maret, April jangan sampai ada gelombang baru," ucap Dirga.

Ia mengatakan, di DKI Jakarta misalnya, pasien yang dirinya temui di rumah sakit paling banyak merupakan pasien dengan gejala berat COVID-19 dan belum melakukan vaksinasi. Padahal booster bisa menurunkan risiko kematian akibat COVID-19 sampai dengan 4,5 kali dibandingkan dengan yang belum vaksin sama sekali.

Menurutnya walaupun pemerintah memiliki rencana untuk menyongsong endemi, kebijakan itu masih bersifat buka tutup. Artinya, semua kebijakan masih bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi yang ada. Oleh karenanya, Dirga mengajak masyarakat untuk merayakan dan melewati libur Natal dan Tahun Baru 2023 dengan situasi yang aman bagi semua, karena bertepatan pula dengan libur sekolah anak-anak.

Ia mengajak semua pihak untuk menyegerakan vaksinasi booster pertama dan booster kedua bagi lansia, serta mengingat bahwa sejatinya COVID-19 belum berakhir dan tidak ada waktu untuk lengah, di tengah terjadinya lonjakan kasus positif di negara lain seperti China akibat varian baru.

"Covid sampai hari ini belum selesai pandeminya dan Covid masih ada. Tapi betul saya di rumah sakit merasakan betul bahwa jumlah kasusnya menurun," kata Dirga.

Data Satgas COVID-19 per tanggal 20 Desember 2022 hingga pukul 12.00 WIB menunjukkan, kasus positif mengalami penambahan 1.297 kasus dan totalnya menjadi 6.711.703, sementara kasus aktif turun 1.511, sehingga jumlahnya tersisa 25.727 kasus.

Angka kesembuhan juga terus naik, dengan bertambah 2.781 orang menjadi 6.525.525 orang. Namun, kematian juga bertambah 27 jiwa menjadi 160.451 jiwa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement