REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Individu dengan diabetes tipe 2 yang menerapkan diet intermittent fasting atau puasa intermiten mungkin tidak lagi membutuhkan obat. Ini merujuk pada studi skala kecil yang diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism Society pada Rabu (14/12/2022).
Setelah mengikuti diet puasa intermiten dan menghentikan obat anti-diabetes, sebagian besar pasien dalam penelitian ini mencapai remisi, didefinisikan sebagai memiliki HbA1c atau gula darah yang normal setidaknya tiga bulan.
Penulis korespondensi studi dan profesor di Hunan Agricultural University di Changsha China, Dongbo Liu, mengatakan bahwa diabetes tipe 2 belum tentu merupakan penyakit permanen seumur hidup. Karenanya, remisi diabetes sangat mungkin terjadi ketika pasien menurunkan berat badan dengan mengubah pola makan dan kebiasaan berolahraga.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat menyebabkan remisi diabetes pada orang dengan diabetes tipe 2, dan temuan ini dapat berdampak besar pada lebih dari 537 juta orang dewasa di seluruh dunia yang menderita penyakit ini,” kata Liu seperti dilansir dari unitedpressinternational health, Kamis (15/12/2022).
The American Diabetes Association mengatakan bahwa temuan ini sangat menggembirakan.
“Penelitian ini, meskipun skala kecil, menambah literatur tentang potensi manfaat puasa intermiten bagi komunitas diabetes. Kami menantikan studi yang lebih besar untuk meneliti manfaat dari pendekatan ini,” kata Dr Robert Gabbay, kepala ilmiah dan medis American Diabetes Association.
Menurut makalah penelitian, diet Terapi Nutrisi Medis China adalah pendekatan yang diusulkan berdasarkan puasa intermiten dimana lima hari puasa diikuti dengan 10 hari makan seperti seperti biasa. Diet tersebut mengandung makanan sehari-hari seperti gandum, nasi, gandum hitam dan oat, dan memiliki kandungan glikemik, kalori, dan karbohidrat yang terkontrol, serta peningkatan asam lemak tak jenuh.
Liu mengungkapkan bahwa puasa intermiten memungkinkan pasien menghemat biaya pengobatan hingga 77 persen. Mengingat, pengobatan diabetes yang ada saat ini terbilang masih mahal dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat.
“Studi ini menjadi temuan pertama yang melihat manfaat puasa intermiten dalam pengurangan diabetes,” kata Liu.
Studi mereka melibatkan peserta berusia antara 38 dan 72 tahun yang menderita diabetes tipe 2 dari satu tahun hingga 11 tahun dan menggunakan obat anti-diabetes dan/atau suntikan insulin. Dua pertiga dari mereka adalah laki-laki. Indeks massa tubuh peserta, atau BMI, berkisar antara 19,1 hingga 30,4.
Peserta secara acak ditugaskan ke kelompok Terapi Nutrisi Medis Cina, yang melibatkan puasa intermiten, atau ke kelompok kontrol. Setelah intervensi diet puasa intermiten selama tiga bulan di antara 36 orang penderita diabetes, hampir 90 persen peserta, termasuk orang yang mengonsumsi obat penurun gula darah dan insulin, mengurangi penggunaan obat diabetes mereka.
Tiga bulan setelah intervensi berakhir, 47,2 persen peserta telah mencapai remisi diabetes dalam kelompok Terapi Nutrisi Medis China/puasa intermiten, dibandingkan dengan 2,8 persen pada kelompok kontrol.
Lalu pada masa tindak lanjut 12 bulan, 44,4 persen peserta ditemukan telah mencapai remisi diabetes berkelanjutan. Para peneliti mengatakan temuan mereka juga mendobrak pandangan konvensional bahwa remisi diabetes hanya dapat dicapai pada orang yang menderita diabetes tipe 2 tidak lebih dari enam tahun. 65 persen peserta penelitian yang mencapai remisi tersebut menderita diabetes tipe 2 selama enam tahun hingga 11 tahun.
“Studi ini menunjukkan kemanjuran klinis (puasa intermiten) dalam mencapai remisi diabetes setidaknya selama satu tahun,” demikian kata Liu.