Rabu 23 Nov 2022 22:09 WIB

WHO akan Ubah Nama Penyakit Monkeypox Menjadi MPOX

Perubahan nama 'monkeypox' dilakukan untuk menghilangkan stigma negatif virus.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Penamaan untuk penyakit Monkeypox alias cacar monyet dilaporkan bakal diubah menjadi
Foto: Pixabay
Penamaan untuk penyakit Monkeypox alias cacar monyet dilaporkan bakal diubah menjadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penamaan untuk penyakit Monkeypox alias cacar monyet dilaporkan bakal diubah menjadi "MPOX". Ini dilakukan guna menghilangkan stigma negatif terkait virus tersebut.

Pejabat AS diyakini telah mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengubah nama, dan memperingatkan, mereka bisa bertindak secara sepihak jika WHO tidak bertindak.

Baca Juga

"Dan kini keputusan untuk mengubah nama virus menjadi MPOX bisa dilakukan pada Rabu. WHO telah setuju untuk mempertimbangkan alternatif nama cacar monyet," kata seorang sumber seperti dilansir dari Mirror, Rabu (23/11/2022).

Setelah penyebaran global yang cepat di awal 2022, kini penyebaran virus itu mulai melambat. Pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa kecil kemungkinannya virus itu dihilangkan.

Sementara itu, ada juga stigma cacar monyet paling banyak menular di kelompok laki-laki gay atau biseksual. Dan pemerintahan Presiden Joe Biden khawatir, orang kulit hitam atau berwarna menjadi korban stigma virus yang biasanya terjadi di Afrika di masa lalu.

Beberapa pakar kesehatan masyarakat AS dan aktivis gay telah mendorong perubahan nama. Sekelompok ilmuwan menulis pernyataan bersama pada bulan Juni berjudul Urgent need for a non-discriminatory and non-stigmatizing nomenclature for monkeypox virus.

"Dalam konteks wabah global saat ini, rujukan yang terus-menerus, dan virus yang merujuk pada orang Afrika, tidak hanya tidak akurat tetapi juga diskriminatif dan menstigmatisasi," demikian pernyataan tersebut.

Sementara itu, direktur sains CDC, Marc Lipsitch, mengatakan virus tersebut kemungkinan menjadi ancaman berkelanjutan selama beberapa tahun mendatang. Meskipun virus ini paling banyak menyebar di kalangan pria gay dan biseksual, CDC menekankan bahwa siapa pun dapat terinfeksi.

"Penting bagi orang yang berisiko mengambil langkah untuk mencegah penyebaran dan upaya vaksinasi yang berlanjut," kata Lipsitch.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement