REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sineas Garin Nugroho yang juga Komite Bidang Penjurian Festival Film Indonesia 2021-2023 mengatakan film Indonesia semakin beragam dan menunjukkan dinamika film yang semakin dewasa. "Batas seni, hiburan, pencapaian teknologi, industri, lebur jadi satu yang bisa dilihat di hasil nominasi FFI, itu peranda dinamika film Indonesia yang makin dewasa," kata Garin di konferensi pers Festival Film Indonesia, Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Keberagaman ini juga tercermin dari pilihan nominasi yang dihasilkan dari pemungutan suara Akademi Citra, baik itu genre maupun kualitas.
Pandemi yang menciptakan akselerasi teknologi juga bisa dirasakan di industri film. Generasi baru di dunia film bisa lebih berkembang karena akses yang jauh lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Tema-tema yang diangkat dalam film kian bervariasi, demikian juga cara bertutur yang makin beragam.
Garin menilai keberagaman menjadi ciri tontonan masa kini di mana akses menonton film kian luas berkat kemajuan teknologi. Film-film seni yang dulunya hanya bisa diakses oleh komunitas tertentu di festival film kini dapat ditonton secara mudah lewat platform streaming, dia mencontohkan.
"Majalah-majalah sekarang memuat tentang pencipta film seni, tidak hanya di majalah khusus seni," katanya.
Layanan Over-The-Top (OTT) membuat semakin banyak orang mengapresiasi film-film yang dulunya sulit diakses. "Ekosistem media baru melahirkan apresiator baru," ujar dia.
Di sisi lain, ini juga disebabkan oleh kelas menengah yang didominasi usia produktif dari 18-38 tahun yang sudah tidak asing dengan media baru. Kemudahan untuk menonton film atau serial lintas genre dan negara bisa didapatkan hanya lewat gawai dan internet.
Saat ini juga mulai bermunculan serial-serial produksi OTT global yang dibuat oleh sutradara nasional, Garin mengatakan tren positif ini dapat dipertahankan dan dikembangkan dengan manajemen strategi budaya yang khusus agar bisa dikelola secara baik.