Jumat 11 Nov 2022 14:58 WIB

Terinfeksi Covid-19 Lebih dari Satu Kali Timbulkan Berbagai Masalah Kesehatan

Studi temukan infeksi ulang Covid-19 timbulkan masalah kesehatan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Nyeri sandi akibat Covid-19.
Foto: www.freepik.com.
Nyeri sandi akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Individu yang terinfeksi Covid-19 lebih dari sekali lebih mungkin memiliki berbagai masalah kesehatan yang serius daripada mereka yang hanya tertular sekali. Ini merujuk pada studi AS yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine. 

Para peneliti AS mengklaim ini sebagai studi pertama yang melihat bagaimana infeksi ulang meningkatkan risiko masalah kesehatan dari kasus-kasus akut serta long Covid. Peneliti menganalisis catatan medis anonim dari 5,8 juta orang di database perawatan kesehatan nasional US Department of Veteran Affairs. Lebih dari 443 ribu telah dinyatakan positif Covid-19 setidaknya sekali antara 1 Maret 2020 dan April tahun ini.

Baca Juga

Hampir 41 ribu dari kelompok itu terinfeksi Covid-19 lebih dari sekali. Kemudian lebih dari 93 persen terinfeksi Covid-19 sebanyak dua kali, enam persen lainnya terinfeksi sebanyak tiga kali, dan satu persen sisanya terinfeksi tiga dan empat kali. Sementara 5,3 juta lainnya tidak pernah tertular Covid.

Ketika para peneliti membandingkan hasil kesehatan dari kelompok yang berbeda, mereka menemukan bahwa orang yang mengalami infeksi ulang Covid-19 memiliki peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan yang serius.

“Orang dengan infeksi ulang lebih dari dua kali, lebih mungkin meninggal sebelum waktunya, dan tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena penyakit daripada mereka yang tidak terinfeksi ulang,” kata epidemiolog di Washington University sekaligus peneliti studi, Ziyad Al-Aly, seperti dilansir dari Malay Mail, Jumat (11/11/2022).

Studi juga menemukan bahwa orang yang terinfeksi ulang Covid-19, tiga kali lebih mungkin mengalami masalah jantung dan paru-paru. Infeksi ulang juga berkontribusi terhadap kondisi otak, penyakit ginjal dan diabetes. Risiko masalah seperti itu dapat meningkat mengikuti jumlah infeksi ulang.

Al-Aly memperingatkan bahwa ini berarti, infeksi ulang terus menerus kemungkinan akan meningkatkan beban penyakit pada populasi. Karenanya, di tengah ancaman varian baru, ia juga mengimbau masyarakat untuk kembali memperketat protokol kesehatan seperti mengenakan masker dan mencuci tangan menggunakan sabun.

Dia juga mendesak pihak berwenang untuk bertindak lebih serius untuk menyetop penyebaran Covid. “Alasan terjadinya infeksi ulang adalah karena strategi vaksin saat ini tidak menghalangi penularan. Saya pikir infeksi ulang akan terus terjadi sampai kita memiliki vaksin yang memblokir penularan, menawarkan perlindungan yang lebih tahan lama,” jelas dia.

Meski demikian, para peneliti mengakui studi ini masih memiliki keterbatasan, termasuk bahwa sebagian besar peserta veteran adalah laki-laki kulit putih yang lebih tua. Ketika penelitian ini dirilis sebagai pracetak pada Juni, pakar AS Eric Topol menilai temuan ini sebagai kondisi mengkhawatirkan.

“Infeksi ulang menjadi jauh lebih umum setelah April, ketika kerangka waktu penelitian berakhir, karena varian Omicron baru yang lebih menular,” kata Topol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement