Rabu 09 Nov 2022 14:48 WIB

40 Persen Remaja Putri di Jabar Terkena Anemia

Anemia bisa berakibat buruk pada bukan saja kesehatan penderita, tapi juga keturunan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah siswi menunjukkan tablet tambah darah (TTD) saat kegiatan gebyar minum tablet tambah darah (TTD) serentak di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Kegiatan yang digelar bertepatan dengan Hari Remaja Internasional tersebut bertujuan untuk mengejar target cakupan remaja putri yang mendapatkan TTD sesuai di Jawa Barat sebesar 52 persen, sekaligus upaya untuk menurunkan kasus anemia pada remaja putri dan pencegahan stunting. (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah siswi menunjukkan tablet tambah darah (TTD) saat kegiatan gebyar minum tablet tambah darah (TTD) serentak di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Kegiatan yang digelar bertepatan dengan Hari Remaja Internasional tersebut bertujuan untuk mengejar target cakupan remaja putri yang mendapatkan TTD sesuai di Jawa Barat sebesar 52 persen, sekaligus upaya untuk menurunkan kasus anemia pada remaja putri dan pencegahan stunting. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar bekerja sama dengan lembaga Nutrisi Internasional sejak 2018 konsisten melakukan berbagai program upaya pencegahan anemia pada remaja putri. Tingkat anemia atau kurang darah remaja putri Jabar mencapai 40 persen. Yakni, sekitar 1,7 juta remaja. 

Menurut Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Jabar, Prima Nurahmi, anemia bisa berakibat buruk pada bukan saja kesehatan penderita, tapi juga keturunannya.

"Akibatnya bisa panjang, penderita anemia itu saat melahirkan bisa terjadi pendarahan, salah satu penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan, kemudian bayi yang lahir kemungkinan menderita stunting dan sebagaianya," ujar Prima usai di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (9/11).

Maka dari itu, kata Prima, anemia  harus dicegah sejak dini, di antaranya dengan rutin mengonsumsi suplemen tablet tambah darah atau TTD satu kali dalam seminggu sepanjang tahun.

"Kami bekerja sama salah satunya dengan sekolah dan puskesmas. Sekolah bisa mengambil suplemen TTD ke puskesmas dan memberikannya ke siswa remaja putri. Itu rutin dilakukan dari usia 18 hingga 24 tahun, secara gratis dan tidak berefek samping karena ini bentuknya suplemen," papar Prima.

Prima meminta, kepada semua pihak terutama instansi pemerintah agar lebih gencar lagi dalam kampanye dan pelaksanaan TTD. Menurutnya, tanpa perhatian semua pihak, gerakan atau program TTD akan terhambat.

Selain dari Dinas Kesehatan, hadir dalam rapat koordinasi tersebut wakil dari beberapa Dinas terkait,  BKKBN, perwakilan OSIS dan juga lembaga Nutrisi Internasional. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement