Senin 07 Nov 2022 15:04 WIB

Kompor Gas Bisa Sebar Bahan Kimia Berbahaya Penyebab Kanker, Bahkan Saat tidak Dipakai

Setidaknya ada 12 polutan udara berbahaya yang disebarkan kompor gas.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Setidaknya ada 12 polutan udara berbahaya yang disebarkan kompor gas.
Foto: Needpix
Setidaknya ada 12 polutan udara berbahaya yang disebarkan kompor gas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kompor gas alam dan oven dapat menyebarkan bahan kimia berbahaya di dalam rumah, bahkan saat tidak digunakan. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Environmental Science and Technology menemukan setidaknya 12 polutan udara berbahaya yang dipancarkan dari kompor gas di California, termasuk benzena, yakni bahan kimia yang diketahui menyebabkan kanker pada beberapa orang dengan paparan jangka panjang.

Para peneliti dari lembaga penelitian energi nirlaba PSE Healthy Energy ini mengambil sampel gas dari 159 kompor perumahan di 16 kabupaten di seluruh California. Peneliti menemukan benzena dalam 99 persen sampel. Bahan kimia tersebut secara lebih pasti dikaitkan dengan leukemia, multiple myeloma, dan limfoma non-Hodgkin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada tingkat yang aman dari paparan benzena dalam hal risiko kanker.

Baca Juga

Namun, benzena bukan satu-satunya bahan kimia yang mengkhawatirkan yang berasal dari kompor, juga emisinya tidak terbatas di California. Salah satu penulis studi baru dan ilmuwan senior di PSE Healthy Energy, Kelsey Bilsback mengatakan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kompor gas di rumah-rumah California mengeluarkan nitrogen oksida, yang dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan atau paru-paru, serta dapat menyebabkan beberapa orang merasa lelah, pusing, atau sesak napas.

Rekan penulis studi lainnya, Drew Michanowicz, sebelumnya mengidentifikasi 21 polutan udara berbahaya dari kompor gas dan saluran gas luar ruangan di rumah-rumah Boston. Beberapa polutan adalah senyawa organik yang mudah menguap (termasuk benzena), yang dapat meningkatkan risiko kanker tertentu, cacat lahir, atau gangguan kognitif di antara orang-orang dengan paparan jangka panjang.

 

Namun, Michanowicz mengatakan beberapa konsentrasi polutan terendah di California masih sekitar 10 kali lebih tinggi daripada rata-rata dari penelitiannya di Boston.

"Emisi benzena dari kompor gas, bahkan saat dimatikan, dalam beberapa kasus dapat menghasilkan konsentrasi benzena di rumah Anda yang setara dengan hidup dengan seorang perokok," kata rekan penulis studi lainnya, Eric Lebel dilansir NBC News, Senin (7/11/2022).

Seorang profesor lingkungan dan kesehatan kerja di University of California, Irvine, Andrea De Vizcaya Ruiz, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa orang dapat terkena sejumlah kecil benzena ketika mereka mengisi tangki bensin mobil,  atau duduk di dekat perapian. "Ini adalah salah satu bahan kimia paling langsung yang memicu kanker, karena mengubah sel-sel di sumsum tulang," ujar dia.

De Vizcaya Ruiz mengatakan wanita hamil, bayi, dan anak kecil mungkin sangat rentan terhadap hasil kesehatan yang merugikan dari paparan benzena jangka panjang. Namun, Lebel mengatakan sulit untuk mengetahui apakah rumah seseorang mengalami kebocoran. Dalam hal itu, De Vizcaya Ruiz mengatakan, orang mungkin juga mulai muntah, merasa mengantuk atau bingung, atau mengalami sakit kepala.

"Jika Anda pernah mencium bau gas, Anda harus segera meninggalkan rumah Anda, hubungi perusahaan gas," kata Lebel.

De Vizcaya Ruiz mengatakan, membuka jendela dapat memberikan ventilasi yang lebih baik pada ruangan dalam jangka pendek, yang membantu mengurangi potensi paparan. Namun, tindakan itu tidak akan menghilangkan risiko atau akar masalahnya. Orang-orang di California mungkin ingin mempertimbangkan untuk menelepon perusahaan gas mereka sebagai tindakan pencegahan untuk memastikan tidak ada kebocoran.

Lebel mengatakan, salah satu perbaikan paling sederhana adalah mengganti kompor gas dengan kompor listrik. “Menghilangkan gas sama sekali adalah satu-satunya cara pasti untuk sepenuhnya menghilangkan risiko itu," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement