Ahad 06 Nov 2022 09:25 WIB

The Specialist, Ketika Kopi Pertemukan Seni dan Sains

The Specialist merupakan racikan kopi barista Starbucks, Cava Timotius.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Menyeduh kopi dengan metode manual brew (ilustrasi). Untuk menyiapkan The Specialist, barista Starbucks memakai kopi gayo.
Foto: www.freepik.com
Menyeduh kopi dengan metode manual brew (ilustrasi). Untuk menyiapkan The Specialist, barista Starbucks memakai kopi gayo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kopi bukan sekadar minuman pelepas dahaga. Ada banyak tahapan dalam pembuatannya. Selain itu, butuh keterampilan khusus dari tangan sang barista alias seseorang yang pekerjaannya membuat dan menyajikan kopi.

Hal tersebut diyakini betul oleh barista dari Starbucks Reserve Dewata Bali, Cava Timotius Sedayu Bramono. Cava senang bereksperimen dengan kopi, salah satunya hadir dalam minuman bertajuk "The Specialist" yang dia racik.

Baca Juga

Menurut Cava, "The Specialist" adalah kombinasi antara seni dan sains. Minuman itulah yang membuat Cava memenangkan ajang Starbucks Barista Championship Indonesia 2022 dengan lebih dari 500 kontestan barista Starbucks.

"Untuk kompetisi ini, saya menyajikan tiga minuman. Ada black coffee manual brew, latte art, dan signature beverage. Minuman signature saya, The Specialist, menggunakan kopi Aceh," ujar Cava.

Dia menjelaskan, kopi Aceh tersebut dicampur dengan dua bahan lain, yakni sirup cempaka dan botanical liquid. Cairan botanikal yang dia rancang memakai enam rempah sehingga hasil akhir kopi sangat aromatik.

Cava membuat sirup cempaka dari bunga cempaka putih dengan teknik sous vide. Artinya, memasak bahan dengan suhu rendah yang terkendali dalam waktu lama. Cava memasaknya selama 12 jam.

Sementara, cairan botanikal terdiri dari kayu gentian, kulit kina, rosemary, jeruk navel kering, adas bintang, serta cengkeh yang diproses dengan teknik rotary evaporator. Artinya, menyuling aroma dan esensi bahan lalu mengubahnya menjadi cairan bening.

"Kopi The Specialist memiliki aroma floral, juga sedikit aroma blackcurrant dan jeruk. Untuk rasanya, selain floral, ada sedikit rasa pedas rempah seperti jahe. Secara umum, juga ada rasa fruity," ungkap Cava.

Pemimpin PT Sari Coffee Indonesia sebagai pemegang lisensi merek Starbucks di Indonesia, Anthony McEvoy, mengaku kagum dengan kopi buatan Cava. Dia menyebut racikan itu terasa sempurna.

Akan tetapi, kopi yang dibuat Cava serta finalis Starbucks Barista Championship Indonesia 2022 lain hanya untuk perlombaan. Kopi khas tersebut tidak akan disajikan sebagai menu di gerai Starbucks.

"Signature beverage itu sesuatu yang luar biasa, tetapi susah untuk diterjemahkan dan direplika untuk dijadikan menu di semua gerai. Sebagai brand, menu kami harus memiliki konsistensi," kata McEvoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement