REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Puskesmas Kelurahan Tugu Utara 3 Kecamatan Koja Jakarta dr. Endang Sulistyani mengingatkan bahaya komplikasi yang mungkin bisa muncul dari penyakit diabetes melitus, baik komplikasi bersifat akut maupun kronis. "Diabetes melitus ini bukan hanya sekadar kadar gula dalam darah seseorang tinggi. Justru yang berbahaya adalah jika sudah terjadi komplikasi. Komplikasi pada diabetes melitus bisa bersifat akut yang sangat cepat dan bisa menimbulkan kematian serta bisa juga bersifat kronis," kata Endang dalam bincang virtual yang disiarkan melalui YouTube Dinkes DKI diikuti di Jakarta, Jumat.
Komplikasi yang bersifat akut di antaranya berupa hipoglikemi dan hiperglikemi. Pada hipoglikemi, kadar gula di dalam darah seseorang itu menurun sebanyak kurang dari 70 mg/dL. Biasanya gejala-gejala yang timbul yaitu berkunang-kunang, pusing, banyak berkeringat dingin, bahkan kejang dan menimbulkan kematian.
"Pada kondisi ini (hipoglikemi) artinya kadar gula di dalam darah seseorang sangat menurun, kurang sekali dari normal," ujar Endang.
Kebalikannya, ketika kadar gula di dalam darah penyandang diabetes lebih dari 300 mg/dL maka disebut kondisi hiperglikemi. Endang mengatakan, apabila hiperglikemi terjadi secara berkepanjangan bisa mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan, infeksi yang berulang, bahkan bisa juga terjadi penurunan kesadaran.
"Biasanya gejalanya, kalau kadar gula darahnya lebih dari 300 mg/dL atau lebih, kita bisa jadi sering berkemih, kemudian haus yang berlebihan, mulutnya berasa kering dan ingin minum terus, bahkan bisa juga sampai terjadi penurunan kesadaran," katanya.
Selain akut, komplikasi juga dapat bersifat kronis yang mengenai organ-organ di dalam tubuh seperti organ jantung yang terkait dengan penyakit-penyakit kardiovaskular, serangan jantung yang mendadak, atau sumbatan di pembuluh-pembuluh darah jantung,
Organ lain yang bisa terjadi komplikasi sebagai akibat dari diabetes juga termasuk mata yang terkait dengan penyakit misalnya katarak dan retinopati diabetik. Ada pula komplikasi pada saraf dengan keluhan kesemutan hingga mati rasa dan bisa berakibat terjadinya amputasi apabila terjadi pada bagian kaki atau bagian tubuh lain seandainya infeksi tidak tertangani dengan baik.
Apabila seseorang sudah didiagnosis diabetes melitus, Endang mengimbau agar tidak perlu panik dan cemas selama melakukan kontrol dan minum obat sesuai anjuran dokter secara teratur. Yang tak kalah penting, penyandang diabetes juga harus tetap melakukan diet seimbang selama menjalani pengobatan.
Sebagai mempermudah dalam mengingat, Endang menyebut istilah 3J untuk pengaturan makanan bagi penyandang diabetes yaitu jenis, jumlah, dan jadwal. Pengaturan diet ini sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli gizi supaya mendapatkan perencanaan yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Endang juga mengingatkan agar penyandang diabetes harus tetap beraktivitas fisik dan berolahraga yang dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Kemudian perhatikan pula kondisi komplikasi yang mungkin sudah terjadi.
"Khusus untuk penyandang diabetes ini, kami sering menganjurkan untuk rutin memeriksa kaki karena kaki ini mungkin bagian yang sering kita abaikan karena dia berada di ujung-ujung tubuh. Periksa kaki, setiap hari, mungkin harus dilihat kakinya, apakah ada kulitnya kering, apakah ada luka, apakah ada keluhan-keluhan lain yang dirasakan," kata Endang.
Dengan melakukan pemantauan dan anjuran dari dokter tersebut, diharapkan dapat menghindarkan komplikasi pada penyandang diabetes yang belum terkena komplikasi serta diharapkan tidak membuat komplikasi semakin berat bagi penyandang yang sudah mengalami komplikasi.