Jumat 04 Nov 2022 06:01 WIB

Rusia Desak PBB Bantu Ringankan Tekanan Ekspor Makanan dan Pupuk

Rusia kembali melakukan pengiriman gandum atas inisiatif PBB.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di desa Zghurivka, Ukraina, Selasa, 9 Agustus 2022. Sebelum perang, Ukraina dipandang sebagai lumbung roti dunia, mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya. Jutaan ton biji-bijian telah terjebak karena penyumbatan Rusia sejak Februari. Di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB bulan lalu, Rusia setuju untuk tidak menargetkan kapal yang sedang transit, dan kapal gandum mulai meninggalkan Ukraina karena harapan tumbuh untuk stabilitas ekspor.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di desa Zghurivka, Ukraina, Selasa, 9 Agustus 2022. Sebelum perang, Ukraina dipandang sebagai lumbung roti dunia, mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya. Jutaan ton biji-bijian telah terjebak karena penyumbatan Rusia sejak Februari. Di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB bulan lalu, Rusia setuju untuk tidak menargetkan kapal yang sedang transit, dan kapal gandum mulai meninggalkan Ukraina karena harapan tumbuh untuk stabilitas ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia pada Kamis (3/11/2022) mendesak PBB untuk membantu meringankan sanksi yang menekan ekspor pangan dan pupuk. Hal ini menyusul kembalinya partisipasi Rusia dalam inisiatif kesepakatan pengiriman gandum yang ditengahi PBB dan Turki.

Kesepakatan akan berakhir pada 19 November. Sementara Moskow masih belum yakin langkah yang lebih banyak dilakukan untuk memastikan dapat mengekspor produksi  pangan dan pupuknya, meski ada sanksi negara-negara Barat.

Baca Juga

"Kami masih belum melihat hasil apapun terkait aspek kedua: penghapusan hambatan ekspor pupuk dan biji-bijian Rusia," kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada konferensi pers di Amman, Yordania.

"Kami sekali lagi meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan bahwa dia memenuhi kewajiban yang disetujui melalui inisiatifnya sendiri," imbuh Lavrov.

Dia mengatakan situasi itu perlu diselesaikan dalam waktu dekat. "Jika kita berbicara tentang volume pupuk dan biji-bijian yang dipermasalahkan, maka volume dari pihak Rusia ini jauh lebih tinggi daripada dari pihak Ukraina," lanjutnya.

Ekspor pertanian Rusia tidak secara eksplisit jatuh di bawah sanksi yang dikenakan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lainnya. Namun Moskow mengatakan mereka sangat terhambat oleh pembatasan yang diberlakukan pada sektor keuangan, logistik, dan asuransinya.

Inisiatif kesepakatan pengiriman gandum Ukraina dari blokade Rusia di pelabuhan Laut Hitam ditengahi oleh Turki dan PBB disepakati pada Juli selama 120 hari. Ditanya apakah keputusan Rusia untuk kembali ke kesepakatan berarti siap untuk menyetujui perpanjangan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak berarti seperti itu.

"Penting untuk menilai bagaimana semua aspek kesepakatan diimplementasikan, semua parameter perjanjian, dan kemudian mengambil keputusan," katanya.

Rusia telah menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan atas serangan terhadap pelabuhan angkatan laut Krimea di Sevastopol. Moskow kembali ke kesepakatan pada Rabu setelah mendapatkan sedikit imbalan dan menjanjikan bahwa, bahkan jika mundur lagi, itu tidak akan menghalangi pengiriman dari Ukraina ke Turki.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement