Senin 31 Oct 2022 04:15 WIB

Kesepian tidak Selalu Jadi Hal Buruk bagi Lansia

Kesendirian adalah bagian integral dalam kehidupan sehari-hari dewasa tua.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Seorang warga lansia.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Seorang warga lansia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah rekomendasi kerap menganjurkan agar masyarakat umum memberikan perhatian lebih kepada kelompok lanjut usia (lansia). Jangan sampai, anggota keluarga lansia merasa tidak diperhatikan, bahkan kesepian dan terisolasi secara psikis.

Akan tetapi, penelitian baru menunjukkan hasil yang mengejutkan. Menurut studi tersebut, sedikit rasa kesepian mungkin merupakan hal yang baik untuk lansia. Penelitian digagas oleh para ahli dari University of Zurich di Swiss.

Baca Juga

Sebanyak 118 peserta laki-laki dan perempuan berusia di atas 65 tahun diminta menggunakan aplikasi untuk mencatat semua interaksi sosial selama tiga pekan. Hasilnya telah diterbitkan dalam British Journal of Psychology.

Temuan studi menunjukkan bahwa semakin lama lansia menghabiskan waktu dalam kesendirian, semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk bersosialisasi pada kesempatan berikutnya. Artinya, lansia butuh waktu tenang untuk "mengisi ulang baterai" setelah bergaul dengan orang lain.

"Kesendirian adalah bagian integral dalam kehidupan sehari-hari orang dewasa yang lebih tua karena mendukung pemulihan energi," kata para peneliti dalam studinya, dikutip dari laman Daily Mail, Ahad (30/10/2022).

Penelitian terpisah meninjau relasi sosial di kalangan usia berbeda, yakni dewasa muda. Menurut Sapien Labs yang berbasis di Amerika Serikat, kelompok usia itu lebih diliputi rasa bersalah dan cenderung mengkhawatirkan hubungan lebih dari yang dilakukan generasi orang tua mereka.

Badan nirlaba yang mengkhususkan diri dalam penelitian otak itu mempelajari sekitar 150 ribu pemuda berusia 18 hingga 24 tahun dari 20 negara. Studi menemukan bahwa kelompok usia tersebut dua setengah kali lebih mungkin untuk merasa bersalah tentang sejumlah hal daripada generasi sebelumnya.

Terutama, kaitannya dengan mengecewakan orang lain. Mereka pun empat kali lebih mungkin secara teratur mengalami pemikiran obsesif tentang hubungan dibandingkan generasi sebelumnya. "Pola ini tampaknya mencerminkan perubahan lingkungan sosial yang didorong oleh internet," ungkap para peneliti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement